Rendahnya inflasi juga dipengaruhi oleh terjaganya inflasi kelompok bahan makanan

Kupang, NTT (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur meyakini sampai akhir 2020, tingkat inflasi di Provinsi NTT akan terkendali di bawah sasaran nasional yakni tiga plus minus satu persen.

Kepala BI Perwakilan NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, NTT, Senin, mengatakan pada April 2020, inflasi NTT tercatat 0,07 persen atau 1,71 persen secara tahunan (yoy), lebih rendah dari nasional sebesar 2,67 persen (yoy).

"Hal ini menunjukkan bahwa faktor rendahnya permintaan mulai mengurangi tekanan inflasi seiring langkah-langkah penanganan pandemi COVID-19 antara lain physical distancing dan pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah," katanya.

Baca juga: BI-Polairud distribusikan uang ke seluruh wilayah NTT

Ia menjelaskan bahwa rendahnya inflasi juga dipengaruhi oleh terjaganya inflasi kelompok bahan makanan, didukung sinergi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah daerah dalam lingkup Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

"Sejak merebaknya pandemi COVID-19, Bank Indonesia terus memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan yang dimiliki. Hal tersebut juga dilakukan dengan tujuan menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah," tutur dia.

Tak hanya itu pihaknya melakukan pengendalian inflasi untuk mendukung stabilitas sistem keuangan, dan pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut yang berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Di samping itu, BI NTT berusaha meningkatkan kemudahan dan kelancaran sistem pembayaran, seperti mengedarkan uang yang higienis, mendorong transaksi nontunai seperti uang elektronik, internet banking, dan QRIS, serta elektronifikasi penyaluran bantuan sosial pemerintah peserta PKH, BPNT, Kartu Prakerja, dan beberapa bantuan lainnya.

BI juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi di provinsi itu pada triwulan I 2020 tercatat mencapai 2,8 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,30 persen.

Nyoman mengatakan penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT karena dampak pandemi COVID-19 yang mulai memengaruhi kegiatan ekonomi NTT, terutama permintaan domestik.

"Konsumsi rumah tangga tercatat (tumbuh) 4,41 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2019 sebesar 4,58 persen (yoy)," katanya.

Baca juga: Ribuan UMKM di NTT terdampak COVID-19
Baca juga: Cegah penyebaran COVID-19, BI NTT bantu wastafel untuk warga Kupang

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020