Salah seorang warga Pulau Pasaran,Rion Aprilando, saat dihubungi, Senin, mengatakan, bahwa rob seperti ini memang kerap terjadi di Pulau Pasaran.
"Bulan ini sudah beberapa kali air laut naik tinggi, mungkin tiga sampai empat kali," kata dia.
Baca juga: 30.894 warga Samarinda terdampak banjir
Namun, lanjut dia, hari ini rob cukup parah dan tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya hingga masuk ke dalam permukiman setinggi betis orang dewasa.
"Biasanya bila pun air laut naik hanya akan memutus atau merendam sepertiga jembatan yang merupakan akses masuk dan ke luar wilayah ini serta menggenangi tempat penjemuran ikan teri asin, itu juga airnya semata kaki," jelasnya.
Ia pun meminta kepada pemerintah daerah agar memperbaiki, memperlebar serta meninggikan jembatan tersebut.
"Posisi jembatan itu dari arah luar tinggi sedangkan sampai pintu masuk ke pulau sedikit menurun kalau bisa itu disamaratakan dan dilebarkan agar bisa becak bermotor bisa dua arah jalannya, serta saat air laut naik tidak terendam," kata dia.
Hal senada diungkapkan oleh salah satu warga Pulau Pasaran lainnya,Sarnoto.
Baca juga: Warga terdampak banjir di Samarinda mulai mengungsi
Ia mengatakan bahwa naiknya air laut hingga ke permukaan itu kerap terjadi pada pagi dan malam hari.
"Kalau pagi sekitar jam 7.30 WIB hingga-10.00 WIB air naik tapi siang sudah surut kembali, jadi kita gak bisa ke luar masuk jika pasang karena jembatannya juga terendam," kata dia.
Tidak hanya akses masuk atau jembatan menuju sentra produksi ikan teri asin itu saja yang terendam pasang air laut, namun wilayah kota Karang yang berseberangan dengan Pulau Pasaran juga terkena imbasnya.
Sejumlah ruas jalan dan rumah di sana juga digenangi oleh air laut yang naik ke badan jalan, seperti Jalan Telukbone dan Telukbone II, Kelurahan Kota Karang, Teluk Betung Timur.
Baca juga: Banjir di Samarinda meluas, sejumlah akses jalan lumpuh total
Baca juga: Rumah penduduk di Kebon Pala kembali terendam banjir
Baca juga: Kota Samarinda dikepung banjir di malam Lebaran
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020