Tolitoli (ANTARA News) - Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, mungkin saja menjadi salah satu tempat persembunyian jaringan teroris Noordin M Top dan Daftar Pencarian Orang (DPO) pelaku kekerasan di Poso.
"Prediksi intelijen kemungkinan masuk ke Tolitoli itu ada," kata Wakapolres Tolitoli, Kompol Agustin S Tampi kepada sejumlah wartawan di Tolitoli, Senin.
Tentang kemungkinan tersebut, Agustin mengatakan Tolitoli merupakan salah satu daerah yang berdekatan dengan daerah bekas konflik Poso. Tolitoli juga salah satu jalur trans perhubungan dengan Kalimantan.
Sejak peledakan bom di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, pada Juli lalu, yang menewaskan sembilan orang dan puluhan luka-luka tersebut, Polres Tolitoli melakukan pemeriksaan terhadap penumpang kapal yang keluar masuk di daerah ini.
Agustin mengatakan, hingga kini Polres Tolitoli masih memberlakukan siaga satu dalam upaya mencari buronan teroris Noordin M Top beserta jaringannya dan DPO pelaku kekerasan di Poso.
"Kita masih siaga satu dalam operasi teroris, selain itu kami juga meningkatkan operasi pekat (penyakit masyarakat) dengan melibatkan seluruh jajaran kepolisian hingga ke Polsek," ujarnya.
Karena operasi tersebut, Agustin meminta maaf kepada masyarakat jika selama operasi berlangsung banyak masyarakat yang merasa terganggu terutama saat pemeriksaan di jalan-jalan raya maupun jalur keluar masuknya orang dan barang dari dan ke Kabupaten Tolitoli.
Dia mengatakan, masyarakat jangan terlena dengan rasa aman selama ini karena tidak menutup kemungkinan Kabupaten Tolitoli juga menjadi tempat persembunyian jaringan teroris dan pelaku aksi kekerasan di Poso beberapa waktu lalu.
Agustin mengingatkan masyarakat Tolitoli agar terus waspada dan tidak lengah terhadap wajah baru yang masuk ke daerah ini, sebab sudah terbukti tahun 2007 Densus 88 menangkap empat orang di Kelurahan Nalu yang terlibat dalam sejumlah aksi kekerasan di Poso.
Menurut dia, pihak kepolisian sudah mengimbau masyarakat agar mengaktifkan pos ronda. Ketua-ketua RT/RW juga diminta memberlakukan wajib lapor setiap orang asing yang masuk ke wilayahnya.
Agustin mengatakan, polisi memiliki keterbatasan personil dan waktu sehingga peran serta masyarakat sangat dibutuhkan. Saat ini Polres Tolitoli hanya memiliki 416 personil.
Data yang diperoleh ANTARA menyebutkan, saat ini masih terdapat enam tersangka sisa DPO Poso yang masih diburu Polda Sulteng. Pada awal November 2006, Mabes Polri mengumumkan 34 orang tersangka yang terlibat serangkaian kasus teror di wilayah Kabupaten Poso dan Kota Palu sejak tahun 2001 hingga 2006.
Kasus tersebut, antara lain pembunuhan I Wayan Sumaryasa, wartawan Poso Post (tahun 2001), peledakan bom di Poso yang menewaskan Pendeta Orange Tadjoja (2001), kasus mutilasi Kades Pinedapa (2003), peledakan bom di depan Pasar Sentral Poso yang menewaskan enam orang (2004).
Lainnya, kasus penembakan Jaksa Fery Silalahi dan Pendeta Susianti Tinulele di Palu (2004), perampokan uang milik Pemda Poso sebesar Rp489 juta (2004), peledakan bom di Pasar Tentena yang menewaskan 22 orang (2005), kasus mutilasi tiga siswa Poso (2005), serta sejumlah peledakan bom gereja di Palu dan Poso.
Sebanyak 28 dari 34 tersangka DPO itu sudah tertangkap dan menyerahkan sendiri secara sukarela serta sebagian lagi tewas ketika terjadi kontak senjata dengan aparat kepolisian saat operasi penangkapan di kawasan Tanah Runtuh, kota Poso, pada 28 Oktober 2006, sehingga yang belum tertangkap tinggal enam orang lagi.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Di RI itu Teroris / penjahat/ koruptor mudah sekali kabur,karena 1.pegawainya mudah tergiur uang 2.Tak punya rasa tanggung jawab.
Rasa kesadaran bagi masyarakat RI itu masih terlalu rendah.
sbg contoh dlm kehidupan masyarakat se-hari2 Sampah yg mengandung RACUN DIOXIN
Tak 1pun ada yg sadar akan bahaya DIOXIN di sekitar kita dr kota sampai kedesa2 air,udara,tanah smuanya sdh tercemar mana partisipasi Pemrintah & Masyarakat RI