Bengkulu (ANTARA News) - Pondok pesantren dinilai hanya dimanfaatkan teroris untuk menyudutkan Islam dengan merekrut mantan santri atau mereka yang pernah terdaftar di pesantren.

"Padahal orang yang direkrut menjadi pelaku bom bunuh diri cuma satu tahun atau hanya beberapa bulan mondok di pesantren," kata Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Bengkulu, KH Muntaqim Ahmed di Bengkulu, Senin.

Dikatakan, melihat kondisi di lapangan, sepertinya mantan-mantan santri yang masih dangkal ilmu agamanya ini diincar untuk dijadikan teroris atau bisa jadi mereka memang disuruh mondok beberapa saat lalu kemudian melakukan bom bunuh diri.

Kalau mereka santri sungguhan, belajar sampai tamat tentu akan memiliki ilmu Islam yang memadai, maka tidak akan mudah terpengaruh oleh siapapun untuk berbuat kerusakan seperti meledakkan gedung hotel dan membunuh sesama manusia, karena Islam melarang umatnya membuat kerusakan di muka bumi.

Sepertinya para teroris punya misi khusus untuk menyudutkan Islam melalui pondok pesantren, karena pendidikan pesantren merupakan salah satu bentuk pendidikan Islam paling mapan dan banyak melahirkan tokoh nasional.

Disamping itu, pesantren juga merupakan salah satu label pendidikan Islam. Kalau disebut pesantren pasti itu Islam.

"Dari sisi ini, hal yang ingin dicapai dari misi teroris untuk membuat masyarakat ragu memasukkan putra-putri mereka ke pesantren, takut nanti jadi teroris," katanya.

Padahal menurut Muntaqim, pesantren manapun di Indonesia tidak pernah mendidik santrinya menjadi teroris. Tidak pernah ada hubungan antara teroris dan pesantren atau antara teroris dan Islam.

"Teroris adalah orang jahat dan kejam membunuh orang lain sesuai misi yang ingin dicapainya, sedangkan Islam merupakan agama damai," katanya.

Menurutnya, agama Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). Islam melarang umatnya meneror orang lain dan menganjurkan bergaul dengan baik kepada sesama manusia dan alam sekitarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009