Sleman (ANTARA News) - Belajar membatik merupakan alternatif mengisi liburan akhir pekan, kata Bambang Sumardiyono, pengelola wisata batik Nakula Sadewa di Sleman, DIY, Minggu.

Ia mengatakan, mengisi libur panjang akhir pekan selain dengan mengunjungi sejumlah objek wisata alam, juga dapat diisi dengan kegiatan belajar membatik.

"Belajar membatik merupakan alternatif baru mengisi liburan, sejak beberapa tahun terakhir ini kegiatan mengisi liburan dengan belajar membatik mulai diminati masyarakat khususnya pelajar," katanya.

Menurut dia, para pelajar dapat belajar membatik mulai dari proses membuat pola pada kain, kemudian menggambar, pewarnaan hingga "pelorotan" atau penyucian terakhir untuk menghilangkan lilin.

"Semua tahapan dalam proses membatik ini diberikan kepada para wisatawan yang belajar sampai mereka benar-benar paham dan bisa melakukannya," katanya.

Ia mengatakan, dirinya tertarik untuk mengembangkan wisata batik selain untuk melestarikan seni budaya warisan leluhur, juga untuk memperkenalkan seni batik kepada generasi muda agar mereka cinta seni budaya bangsanya.

"Kami ingin generasi muda memiliki rasa bangga terhadap seni budaya leluhur serta menjaga dan melestarikannya," katanya.

Bambang mengatakan, untuk wisata batik dikenakan biaya Rp12.000 perorang untuk pengganti peralatan membatik seperti kain, pewarna alami dan lilin.

"Kami tidak membatasi jumlah pengunjung, datang satu orang tetap dilayani, mereka dibimbing belajar membatik sampai selesai, tidak ada perbedaan dengan mereka yang belajar secara massal," katanya.

Ia mengatakan, jika pengunjung ingin belajar lebih dalam pihaknya juga siap membimbing mereka, misalnya selama satu minggu, satu bulan atau disesuaikan dengan keinginan pengunjung.

"Selama ini banyak yang belajar membatik di sini hingga berhari-hari baik wisatawan asing maupun dalam negeri dan mereka juga kami perkenalkan dengan makanan khas daerah Sleman sebagai tambahan sajian," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya beberapa kali mendapat kunjungan wisatawan siswa SD dan SMP yang jumlahnya mencapai enam bus atau sekitar 600 siswa.

"Jika jumlah wisatawan banyak, kami bekerja sama dengan Taman Wisata Candi Prambanan, bahkan proses belajar membatik bisa dilakukan di area taman candi sekaligus ditampilkan atraksi kesenian lainnya sebagai pelengkap seperti `reog` atau `jatilan`," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009