Yogyakarta (ANTARA News) - "Jogja Art Fair (JAF) #2" bertajuk "spacing contemporary art" yang diadakan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada 18 Agustus hingga 5 September 2009 diikuti 122 seniman dari berbagai kota di Indonesia.
"Ke-122 seniman itu terdiri atas 92 seniman yang menampilkan 142 karya submisi dan 30 seniman undangan dengan jenis karya beragam. Mereka berasal dari pusat-pusat produksi seni rupa di Indonesia seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya," kata Direktur JAF#2, Heri Pemad di Yogyakarta, Sabtu.
Ia mengatakan, JAF merupakan salah satu bursa seni visual yang bergengsi di Indonesia. JAF dirancang sebagai ruang pertemuan dan interaksi langsung bagi pelaku pasar seni rupa kontemporer Indonesia, baik dari kalangan seniman, kolektor dan pecinta seni, pengelola galeri, maupun kurator.
"JAF memang berbeda dengan `art fair` di negara lain yang menampilkan stan-stan galeri. JAF justru menampilkan karya seniman secara langsung di ruang pamernya," katanya.
Hal itu, menurut dia, tidak lepas dari kondisi dunia seni rupa Indonesia yang belum mapan, di mana tidak semua seniman mempunyai akses ke pembeli melalui galeri-galeri yang ada.
"Di sisi lain, Yogyakarta merupakan kota yang kaya akan seniman muda berbakat dengan tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Di tengah kondisi seperti inilah JAF ingin menempatkan diri sebagai mediator antara seniman dan pembeli," katanya.
Menurut dia, JAF#2 hendak melanjutkan tradisi yang telah dibangun dengan membuka diri dalam jaringan yang lebih luas, dari tingkat nasional sampai internasional, baik dari sisi partisipasi seniman maupun penyebaran pasarnya.
"Meskipun pasar seni rupa Indonesia lebih berwarna dengan melejitnya seni lukis sebagai karya yang paling laku, JAF#2 tetap membuka diri untuk hadirnya karya-karya visual yang lain, seperti karya tiga dimensi, instalasi, `street art`, fotografi, video, dan `new media art`," katanya.
Ia mengatakan, penataan dan proses seleksi karya diperkuat dengan kehadiran kurator Aminuddin TH Siregar yang menawarkan tema kurasi "spacing contemporary art".
Kehadiran kuratorial itu dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk mendefinisikan pola teratur di dalam ruang perkembangan mutakhir antara praktik seni rupa, antara kecenderungan, motif, gagasan, dan
pemikiran yang berkembang di dunia seni rupa Indonesia. Dunia yang tengah memasuki fase baru yang dinamis, fase yang menggairahkan iklim kompetitif dalam penciptaan karya seni.
Dunia seni rupa Indonesia memasuki fase di mana profesionalisme dijunjung tinggi, tidak hanya berlaku bagi seniman, tetapi juga pada kinerja manajemen galeri, hubungan etik segitiga seniman-galeri-kolektor, serta mekanisme pasar yang transparan, adil, egaliter dan demokratis.
"Dengan profesionalisme, kita berharap dunia seni rupa Indonesia menghampiri iklim kondusif, baik pada aspek karya maupun pemikiran serta terbukanya peluang-peluang di forum internasional yang menempatkan seniman dan seni rupa kita bersaing di arena yang lebih luas agar tidak terjebak ke dalam tempurung domestik," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009