London (ANTARA News/Reuters) - Tiga prajurit Inggris tewas akibat ledakan di Afghanistan selatan pada Kamis, kata Kementerian Pertahanan Inggris.

Pernyataan kementerian mengatakan ketiga tentara itu sedang jalan kaki meronda di propinsi Helmand, tempat tentara Inggris meningkatkan gerakan untuk memperbaiki keamanan sebelum pemilihan presiden pada 20 Agustus.

Kematian itu menjadikan 199 jumlah tentara Inggris tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada akhir 2001.

Sekitar 30 prajurit asing tewas di Afghanistan pada Agustus, kata laman icasualties.org, yang mencatat korban di Afganistan dan Irak.

Menurut laman mandiri tersebut, 76 prajurit asing tewas pada Juli -- bulan paling mematikan bagi pasukan internasional di Afghanistan. Sepanjang tahun ini sekitar 250 prajurit asing tewas di negara itu, sebagian besar akibat serangan-serangan musuh.

Marinir Amerika Serikat dan pasukan Inggris terus melakukan serangan besar-besaran di propinsi selatan, Helmand dan Kandahar, menjelang pemilihan presiden dan anggota dewan provinsi itu.

Tujuan gerakan itu adalah mengamankan daerah tersebut agar petugas pemilihan umum dapat masuk dan pemilih memberikan suara mereka tanpa takut serangan.

Terdapat sekitar 100.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, ditempatkan di Afganistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.

Serangan Taliban terhadap petugas keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum tersebut.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afganistan, kata tentara.

Antara 8.000 hingga 10.000 prajurit asing bergabung dengan pasukan pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, yang mencakup sekitar 60.000 tentara, di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan umum tersebut, kata persekutuan itu.

Pemilihan umum untuk menetapkan presiden dan anggota dewan propinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya antarbangsa membantu menciptakan demokrasi di Afganistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan pimpinan Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Taliban menyeru rakyat Afganistan memboikot pemilihan umum dan memerintahkan pejuangnya merintangi semua jalan untuk mencegah pemilih mencapai tempat pemungutan suara pada 20 Agustus itu.

Jajak pendapat di harian "Independent" pada ahir Juli menunjukkan lebih dari separuh dari warga Inggris berpendapat Inggris tak dapat menang dalam perang di Afganistan dan ingin melihat penarikan segera tentaranya dari negara tersebut.

Limapuluh persen dari warga Inggris menganggap serangan terhadap Taliban sebagai kekalahan. Hanya 31 persen tak sependapat, kata angket telefon ComRes, yang dilakukan buat suratkabar itu antara 24 hingga 26 Juli.

Sejumlah 50 persen dari 1.008 orang Inggris, yang ditanyai, ingin tentara negara tersebut keluar, sedangkan 43 persen ingin mereka tetap di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009