Finalis kejuaraan dunia 2007 itu harus bekerja keras selama satu jam sebelum menang dengan "rubber set" 21-16, 14-21, 21-12 atas pemain Malaysia yang kini berperingkat satu dunia tersebut.
"Set kedua kondisi saya menurun drastis, sehingga Chong Wei begitu mudah menekan. Tapi saya berhasil mengatasi keadaan dan beban dalam diri saya, untuk berjuang di set ketiga," kata Sony usai pertandingan.
"Saya tidak terlalu kaget bisa mengalahkan Chong Wei, biasa saja. Karena dari awal saya cukup yakin untuk menang," tambah pebulutangkis yang belum lama ini mengakhiri masa lajangnya.
Sony sempat tertinggal 10-13 pada set pertama, ketika Chong Wei bermain cepat dengan smes-smes tajamnya. Namun, Sony mampu membalikkan keadaan dan ganti menekan untuk mendapatkan enam angka beruntun hingga memimpin 16-13.
Setelah itu, pemain peringkat enam dunia itu terus melaju hingga menang 21-16. Namun, set kedua Chong Wei menguasai keadaan dan mendominasi permainan dari Sony untuk memaksakan tambahan set.
Pertandingan set penentuan berjalan lebih ketat, tapi Sony memimpin dulu 11-8 dan terus mendikte Chong Wei dengan permainan net dan bola panjang yang sulit diantisipasi.
"Hari ini permainan saya tidak berkembang dan pertahanan saya juga rapuh. Ini hasil terbaik yang bisa capai di kejuaraan dunia," kata Chong Wei yang terakhir dikalahkan Sony Dwi Kuncoro pada final Jepang Super Series 2008.
Kegagalan ini memupus ambisi pemain peringkat satu dunia itu untuk mencicipi gelar bergengsi juara dunia, seperti yang pernah diraih pesaing terdekatnya, Taufik Hidayat dan Lin Dan.
Selain itu, skenario Chong Wei untuk bertemu dengan Lin Dan di semifinal juga gagal terwujud.
Lin Dan yang kembali difavoritkan untuk merebut juara dunia ketiga kalinya secara beruntun, akan menghadapi Sony Dwi Kuncoro di semifinal, setelah menghentikan pemain gaek asal Denmark, Peter Gade 22-20, 21-16.
Semifinalis lainnya juga mempertemukan wakil Indonesia dan China, yakni Taufik Hidayat menghadapi unggulan ke-2 Chen Jin. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009