Jakarta (ANTARA News) - Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA) menggelar pameran foto dan media cetak di era perjuangan mulai tanggal 14 Agustus hingga 14 Oktober 2009 di beberapa tempat.
Pameran bertajuk "Merdeka Merdeka" tersebut secara resmi dibuka oleh Sekjen Depkominfo Aswin Sasongko, didampingi Dirut Perum LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf dan Wartawan Senior Rosihan Anwar di GFJA, Pasar Baru, Jakarta, Jumat petang.
Kurator GFJA Oscar Motuloh mengatakan acara tersebut digelar untuk menyegarkan ingatan dan pengetahuan generasi kini tentang betapa kemerdekaaan itu dicapai dengan kebersamaan segenap bangsa yang heterogen namun memiliki tekad yang sehati untuk berdiri sendiri sebagai bangsa yang merdeka.
Pameran "Merdeka Merdeka" menampilkan 100 foto foto koleksi ANTARA-IPPHOS (Indonesia Pers Photo Service) dan media cetak koleksi Monumen Pers Nasional Solo yang pernah diterbitkan hingga enam bulan sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Beberapa koleksi media cetak yang akan ditampilkan adalah majalah Fikiran Ra`jat dimana Ir Soekarno duduk sebagai pemimpin redaksinya dan majalah Djawa Baroe yang terbit di masa pendudukan Jepang, koran Hokaido, Soeloeh Ra`jat Indonesia dan Pradjoerit.
Pameran "Merdeka Merdeka" juga menampilkan secara lengkap lay out 120 dari 124 halaman Surat Kabar Merdeka yang didirkan oleh BM Diah dan rekan-rekannya seperti Rosihan Anwar, Winarno, Mochamad Soepardi, SOetomo dan Darmawidjaja dengan judul "Nomor Peringatan Enam Boelan Repoeblik Indonesia".
Foto bersejarah Bung Karno dan Bung Hatta yang membacakan kemerdekaan RI yang diabadikan oleh Fransa Mendur dan Alex Mendur baru bisa naik cetak enam bulan kemudian yaitu pada Surat Kabar Merdeka pada 17 Februari 1946 tersebut
Oscar mengatakan pentingnya catatan sejarah yang tertuang dalam "Nomor Peringatan Enam Boelan Repoeblik Indonesia" dicuplik dari koleksi yang masih tersimpan di Monumen Pers Nasional Solo, meski empat halaman diantaranya telah hilang, namun secara keseluruhan penerbitan khusus itu tetap dapat disimak sebagai dokumen sejarah Indonesia yang otentik dan sangat bernilai ditinjau dari arti kemerdekaan dan penyajian jurnalistiknya.
"Nomor Peringatan Enam Boelan Repoeblik Indonesia" Surat Kabar Merdeka tersebut menceritkan mengenai berbagai aspek tentang Republik Indonesia yang baru seumur jagung, termasuk foto cerita tentang suasana kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur 56 dan salah satunya adalah foto Bung Karno tengah membacakan naskah proklamasi yang terkenal itu.
Foto Bung Karno membacakan proklamasi tersebut dimuat Surat Kabar Merdeka karena Mendur bersaudara tergabung dalam surat kabar pimpinan BM Diah itu.
Tetapi mereka berdua kemudian meninggalkan harian terkenal tersebut dan kemudian mendirikan kantor berita foto pertama IPPHOS (Indonesia Pers Photo Service) bersama Ubmas bersaudara, Alex Mamusung dan Oscar Ganda pada 2 Oktober 1946.
Ditemui pada pembukaan pameran tersebut, Rosihan Anwar mengenang dirinya yang berusia 23 tahun menjadi Reporter Politik untuk Surat Kabar Merdeka.
Satu hal yang menarik dalam pameran foto kali ini adalah diterbitkannya kembali buku berjudul "Enam Bulan Republik Indonesia" edisi 17 Agustus 1946 yang disusun oleh BM Diah, Rosihan Anwar dan rekan-rekan jurnalis Harian Merdeka.
Menurut Oscar, penerbitan tersebut sepenuhnya bertujuan untuk mensosialisasikan berdirinya republik ini ditinjau dari perspektif kalangan pers.
"Apalagi buku ini tercatat sebagai buku pertama tentang Republik Indonesia yang diterbitkan oleh pers Indonesia setelah Indonesia merdeka," katanya.
Setelah di GFJA Pasar Baru, Pameran "Merdeka Merdeka" akan dilanjutkan di Museum Penerangan Depkominfo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada tanggal 24 September - 24 Oktober 2009.
Pameran ini merupakan kolaborasi gagasan antara GFJA dan Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Depkominfo.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009