Dari pintu ruang forensik yang dijaga polisi, jenazah Nana yang sudah hancur terlihat dibawa dengan kotak berwarna coklat yang ukurannya hanya sekitar sepertiga dari peti jenazah pada umumnya.
Kakak Nana, Endang Sutrisna, ketika dicegat wartawan mengatakan, kejahatan terorisme adalah masalah bersama dan ia mewakili keluarga meminta maaf atas keterlibatan Nana dalam pemboman di kawasan Mega Kuningan.
"Saya minta maaaf kepada bangsa ini. Karena adik saya ini adalah korban dari pemahaman (sebuah faham)," ujar Endang saat akan naik ke mobil Nissan Terano Warna silver A 1650 AB.
Endang juga meminta bangsa Indonesia untuk memaafkan adiknya. Selain Endang, keponakan Nana yang bernama Junaini juga berada dalam mobil ambulance yang membawa Nana.
Mayat Nana, warga Kebon Cawu, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, itu diidentifikasi melalui tes DNA (deoxyribonucleic acid) dengan sampel darah ibunya Zubaedah dan saudaranya, Zuhraini alias Yuyun serta Komarudin, Endang Sutrisna, dan Juhra.
Keluarga Nana menjalani tes DNA Jumat (17/7) lalu di Mapolda Banten.
Nana yang lulus kelas 2 SD itu dikenal suka bergaul, aktif di pengajian dan pernah bekerja selama 6 bulan sebagai buruh di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Labuan.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009