Hubungan China-Amerika telah memburuk selama pandemi virus corona.

New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dibantu oleh permintaan safe haven ketika langkah Beijing untuk memberlakukan undang-undang keamanan baru di Hong Kong lebih lanjut meningkatkan ketegangan hubungan AS-China.

China pada Jumat (22/5/2020) mengumumkan rincian rencananya untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong yang dapat membuat badan intelijen daratan mendirikan pangkalan di pusat keuangan global, meningkatkan prospek kerusuhan di sana setelah protes pro-demokrasi tahun lalu.

Laporan undang-undang pada Kamis (21/5/2020) menarik perhatian Presiden AS Donald Trump, melemahkan minat investor terhadap aset berisiko dan menekan euro, yuan di luar negeri dan mata uang komoditas lebih rendah.

Hubungan China-Amerika telah memburuk selama pandemi virus corona. Amerika Serikat telah meningkatkan kritiknya terhadap China, menyalahkannya atas penyebaran virus, yang berasal dari kota Wuhan di Cina tengah.
Baca juga: Trump yakin virus corona berasal dari lab Wuhan-China

"Ini pasti hari yang penuh risiko," kata Minh Trang, pedagang valas senior di Silicon Valley Bank di Santa Clara, California.

"Jenis berita utama ini tentu saja memberikan sedikit kejutan bagi pasar secara keseluruhan, dan Anda melihat hasilnya hari ini," katanya.

Indeks Mata Uang Dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,4 persen pada 99,789. Untuk minggu ini, indeks turun sekitar 0,6 persen.

Euro tergelincir 0,5 persen terhadap greenback.

"Pembelian safe-haven dolar telah berada di belakang pergerakan," kata Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics, dalam sebuah catatan.
Baca juga: Dolar bersinar, pertengkaran baru AS-China memicu aliran "safe-haven"

Yuan China di pasar luar negeri mencapai level terendah dua bulan di 7,1645. Yuan di pasar domestik mencapai level terendah delapan bulan.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko diperdagangkan 0,5 persen lebih rendah terhadap greenback sementara dolar Selandia Baru turun 0,5 persen.

Sterling tergelincir 0,4 persen terhadap dolar ketika data baru menunjukkan penjualan ritel Inggris turun pada rekor 18 persen karena krisis virus corona menghantam ekonomi.

Penurunan harga minyak pada Jumat (22/5/2020) di tengah meningkatnya ketegangan AS-China dan keraguan tentang laju pemulihan permintaan dari krisis virus corona merugikan mata uang negara-negara penghasil minyak.

Dolar Kanada melemah sekitar 0,2 persen terhadap dolar AS karena harga minyak turun dan data Kanada menunjukkan rekor penurunan dalam penjualan ritel, dengan loonie memberikan kembali beberapa reli minggu ini.

Crown Norwegia juga melemah sekitar 0,8 persen terhadap dolar AS.

Baca juga: Anggota DPR: Momentum tepat untuk turunkan harga BBM

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020