"Diperkirakan sore ini mayat Nana Maulana sudah bisa dimakamkan," kata Udin, seorang tokoh masyarakat Kampung Keboncau, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Jumat.
Udin mengatakan, kakak korban Jahra dan keponakan Unang, sebagai utusan keluarga tadi pagi pukul 09.00 WIB sudah berangkat ke RS Polri Kramata Jati Jakarta untuk mengambil jenazahnya.
Mereka sebelum berangkat ke Jakarta, terlebih dulu ke Polda Banten, meminta izin kepada Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri.
Keluarga meminta mayat Nana Ichwan Maulana, bisa dibawa hari ini juga untuk segera dimakamkan.
Nana, adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Sarmedi dan Zubaedah, tidak menyangka sebagai bomber di Hotel Rizt Carlton, Mega Kuningan, Jakarta 17 Juli lalu.
"Sepengetahuan saya dia orangnya bersikap ramah dan sopan serta rajin solat lima waktu," katanya.
Namun demikian, Nana juga jarang berada di rumah karena dia pernah berjihad sampai ke Ambon, Maluku.
Dia menyatakan, sekitar Juni lalu Nana masih berada di kediamannya, namun tidak lama kemudian dia pamitan ke orangtuanya dengan alasan mau bekerja ke Jakarta.
Selama di Jakarta, Nana Ichwan Maulana yang hanya tamatan sekolah dasar (SD) tidak ada kabar berita ke orangtua.
Zubaedah, ibunya tidak mengetahui pekerjaan apa yang dilakukan anak bungsunya selama di Jakarta.
"Walaupun Nana terlibat terorisme, warga menyambut kedatangan jenazah untuk dimakamkan di kampung halamannya," ujarnya.
Sementara itu, Udin, kakak ipar Nana Maulana mengaku dirinya tidak menyangka dia berbuat nekat melakukan bom bunuh diri di Hotel Ritz Carlton Jakarta, padahal dia itu orangnya penurut dan sopan.
Selain itu, Nana Maulana orangnya taat beribadah dan tidak pernah meninggalkan solat lima waktu.
"Saya menduga perilaku Nana Maulana dipengaruhi oleh jaringan terorisme karena orangtua dan keluarga sama sekali tidak mengetahuinya," ujar Udin.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009