Yogyakarta, (ANTARA News) - Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mukmin, Ngruki, Solo, Ustaz Abubakar Ba`asyir menegaskan, jihad sebagai amalan tertinggi dalam ajaran Islam belum perlu dilakukan dengan senjata.
"Ijtihad (niat) yang mendasari pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta pada 17 Juli 2009 belum tepat. Mengapa harus mengebom tempat aman," kata Ba`asyir usai memberikan ceramah di sela-sela acara Muslim Fair di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, jihad dengan senjata baru bisa dilakukan jika umat Islam diusik dengan senjata. "Selama hal itu (diusik dengan senjata, red.) belum dilakukan, maka satu-satunya cara untuk memperjuangkan Islam adalah melalui dakwah yang kuat," katanya.
Jihad di Indonesia, kata Ba`asyir, lebih tepat dilakukan dengan syiar dakwah dan tidak perlu melakukan serangan dengan menggunakan bom seperti yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.
Meski demikian, ia mengaku tidak dapat menyalahkan secara mutlak pihak-pihak yang menempuh jalan dengan melakukan aksi pengeboman, seperti di Bali dan Jakarta.
Ia menolak tuduhan apabila Ponpes Al-Mukmin mengajarkan Islam bergaris keras. "Kami mengajarkan ajaran Islam sesuai konsep Allah dan Rasul. Jadi ajaran Islam kami adalah ajaran yang lurus, bukan keras," katanya.
Baasyir mengaku bangga apabila dituduh mengajarkan jihad kepada santri di pondok pesantren miliknya. "Sebagai mubalig, saya bersyukur dapat mengajarkan jihad. Tetapi saya mengajarkan jihad dalam konsep yang benar," katanya.
Mantan Pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)itu kembali menegaskan bahwa dirinya bukan guru tersangka utama sejumlah aksi terorisme di Indonesia, Noordin M Top.
"Jika ada yang mengatakan demikian (guru Noordin M Top,red.), maka hal itu adalah fitnah dan semata-mata untuk membatasi gerak saya dalam berdakwah," katanya.
Ia mengaku tidak pernah sama sekali berinteraksi dengan Noordin M Top. "Mungkin dia mengenal saya, tetapi saya tidak mengenalnya," katanya.
Baasyir mengaku mengenal seorang guru di pondok pesantren yang kebetulan bernama Noordin saat berada di Malaysia pada 1985-1999. "Saya tegaskan, Noordin yang saya kenal bukan Noordin M Top yang kini sedang dicari-cari pihak kepolisian," katanya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Hati-hatilah terhadap ragi ponppes ngruki