Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, Indonesia mampu melampaui masa-masa sulit pasca reformasi dan krisis moneter 1997 karena kerja keras semua pihak.

Ketika menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-64 di Gedung MPR/DPR RI Senayan, Jakarta, Jumat pagi, Presiden Yudhoyono mengharapkan, hal tersebut tetap dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah yang menghadang pada masa yang akan datang.

"Sepuluh tahun yang lalu, masih terbayang dalam ingatan kita, negara kita mengalami krisis yang dahsyat. Mungkin sebagian besar yang ada dalam ruangan ini, masih mengingat pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tahun itu. Tahun 1999 adalah tahun yang sarat dengan persoalan dan tantangan. Banyak kalangan dalam dan luar negeri yang mencemaskan masa depan negara kita, termasuk kelangsungan hidup kita sebagai negara," kata Presiden.

Ia menjelaskan, saat itu ada lima skenario yang bisa terjadi, ke arah mana masa depan Republik Indonesia akan bergulir.

"Yang pertama meramalkan bahwa Indonesia akan mengalami balkanisasi, terpecah-pecah menjadi banyak negara kecil-kecil, karena munculnya sentimen kedaerahan yang kuat di mana-mana. Skenario kedua, melihat Indonesia berubah menjadi negara Islam bergaris keras, karena munculnya sentimen keagamaan yang ingin meminggirkan ideologi Pancasila. Skenario ketiga, meramalkan Indonesia akan berubah menjadi negara semi otoritarian yang arahnya tak jelas," paparnya.

Kepala Negara menambahkan, pada skenario keempat justru melihat Indonesia berjalan mundur, kembali memperkuat negara otoritarian.

"Hanya sedikit yang meramalkan bahwa Indonesia bisa menjalankan skenario kelima, yaitu menjadi negara demokrasi, terlebih lagi negara demokrasi yang stabil dan terkonsolidasikan," kata Presiden Yudhoyono.

Namun atas kerja keras dari Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati Soekarnoputri saat itu, kondisi saat ini semakin membaik dan ternyata Indonesia tumbuh menjadi sebuah negara demokrasi.

"Kita bisa melalui tahun-tahun yang berat itu dengan selamat. Tahun 2009 ini, sepuluh tahun sejak reformasi bergulir, Indonesia masih tegak berdiri, bahkan semakin berkibar, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Sekarang ini, kita bisa bangga bahwa negara kita adalah negara demokrasi yang maju di Asia Tenggara, negara yang menjunjung tinggi asas kedaulatan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tegasnya.

Ia menambahkan, "Kita mesti memberi hormat seraya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Presiden B.J. Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Megawati Soekarnoputri, pendahulu-pendahulu saya, atas kepemimpinan dan kerja keras beliau-beliau di masa-masa sulit itu, pada lima tahun pertama era reformasi".

Kepala Negara juga memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan demokrasi, keamanan dan juga keutuhan wilayah Republik Indonesia. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009