Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Serangan bom bunuh diri dan penembakan di Pakistan baratlaut Kamis menewaskan enam orang, termasuk tiga sesepuh suku ternama anti-Taliban, kata sejumlah pejabat.

Seorang penyerang bom bunuh diri berhasil membunuh Malik Khadeen, seorang kerabatnya dan dua orang yang lewat ketika ia menabrakkan sepeda-motornya ke arah kendaraan sesepuh suku itu di Waziristan Selatan, kata seorang pejabat keamanan setempat.

Khadeen adalah fasilitator penting anti-Taliban di Wana, kota utama di kawasan suku itu, yang dianggap sebagai markas panglima perang Taliban Baitullah Mehsud yang disebut-sebut tewas dalam serangan rudal AS pekan lalu.

"Malik Khadeen dan seorang kerabatnya tewas dalam serangan bunuh diri ini. Dua orang yang lewat juga tewas dan tiga lain cedera," kata pejabat keamanan itu, yang menambahkan bahwa ini merupakan serangan ketiga terhadap pemimpin penting itu.

Seorang pejabat intelijen mengkonfirmasi serangan bom di Wana itu dengan mengatakan, kendaraan Khadeen rusak parah.

Khadeen adalah sesepuh utama yang mengatur pertemuan-pertemuan dan kegiatan suku untuk menangkal kekuatan Taliban, khususnya Taliban Uzbek, di kawasan itu.

Dalam insiden lain, dua pemimpin milisi pro-pemerintah Pakistan tewas dan mayat mereka ditemukan dengan lubang-lubang peluru di daerah suku Bajaur, yang seperti Waziristan Selatan juga berbatasan dengan Afghanistan.

"Kedua sesepuh suku itu ditembak mati oleh orang-orang bersenjata. Kami rasa Taliban terlibat dalam insiden itu karena mereka tidak memiliki musuh lain," kata Saad Ullah, seorang pejabat pemerintah daerah kepada AFP.

Ratusan orang tewas dalam operasi enam bulan militer terhadap militan di kawasan suku Bajaur, dimana militer mengklaim pada Februari bahwa mereka telah mengamankan daerah itu.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.800 militan dan 166 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Lebih dari 1.800 militan dikabarkan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009