Kunduz, Afghanistan (ANTARA News/Reuters) - Mantan presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani, selamat dari satu serangan Teliban, Kamis, di provinsi Kunduz, tempat para gerilyawan terlibat bentrokan dengan polisi untuk malam kedua, kata para pejabat.
Aksi kekerasan itu muncul di bagian negara itu yang sebelumnya tenang seminggu sebelum pemilihan presiden yang pihak gerilyawan berjanji akan ganggu. Para gerilyawan memperluas serangan mereka dari selatan dan timur ke bagian utara dan barat Afghanistan.
Rabbani, kini anggota parlemen, adalah salah satu dari satu dari para pendukung utama Abdullah Abdullah, pesaing utama bagi Presiden Hamid Karzai dalam pemilihan 20 Agustus.
Konvoi kendaraan mantan presiden itu sedang melalui sebuah jalan di distrik Ali Abad, Kunduz ketika gerilyawan Taliban menyerang dia dengan granat yang berpelontar roket dan senapan, kata kepala distrik itu, Habibullah Mohtashim.
Rabbani dan yang berada dalam konvoinya tidak cedera, sementara tiga gerilyawan tewas dalam baku tembak dengan para pengawal dan polisi, tambahnya.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, yang berbicara dari satu lokasi yang tidak diungkapkan, mengaku bertanggungjawab atas serangan itu.
Pertempuran di Afghanistan berada dalam situasi terburuknya sejak perang dimulai delapan tahun lalu.
Di bagian lain daerah Kunduz, para gerilyawan Taliban terlibat pertempuran dengan polisi untuk malam kedua secara berturut-turut. Di selatan, para pejabat mengatakan ledakan bom di pinggir jalan menewaskan paling tidak 12 warga sipil dan seorang tentara Amerika Serikat.
Untuk melam kedua, polisi menyerang gerilyawan sampai subuh di distrik Dasht-e-Archi, Kunduz, kata komandan polisi provinsi itu Abdul Razaaq Yaqubi kepada Reuters.
Tiga polisi dan delapan gerilyawan tewas dalam baku tembak itu.
"Bentrokan senjata berlangsung sampai pagi ini. Satu operasi sedang dilakukan untuk membersihkan seluruh Dasht-e-Archi dari gerilyawan Taliban," katanya.
Pada malam sebelumnya, para gerilyawan menyerbu sebuah kantor polisi menewaskan komandan polisi distrik itu dan dua perwira lainnya dan memicu pertempuran yang berlangsung sampai pagi.
Di provinsi Helmand, di selatan, tempat pasukan AS dan Inggris melancarkan operasi-operasi terbesar dalam perang untuk merebut daerah-daerah yang dikuasai Talban, sebuah mobil melindas sebuah bom pinggir jalan, kata para pejabat.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan sembilan penumpang tewas, sementara juru bicara kantor gubernur itu, Dawud Ahmadi menyatakan jumlah korban tewas 11 orang.
Tiga remaja laki-laki tewas akibat ranjau yang diledakkan di luar panti asuhan di provinsi Kandahar, kata Kementerian Dalam Negeri.
Pasukan yang berada dibawah komando NATO mengatakan seorang tentara AS tewas akibat bom di pinggir jalan di selatan, dan tidak memberikan penjelasan lebih jauh.
Lebih dari 100.000 tentara AS, Inggris dan serdadu sekutu tewas di Afghanistan sejak awal Juli, korban terbanyak dalam periode perang itu. Lebih banyak pasukan Barat tewas di Afghanistan sejak Maret ketimbang seluruh periode tahun 2001-2004.
Sekitar 30.000 tentara tambahan AS tiba di Afghanistan tahun ini, yang menambah jumlah pasukan Barat menjadi 100.000 personil untuk pertama kali termasuk 62.000 tentara AS.
Presiden Barack Obama memerintahkan peningkatan jumlah tentara AS dalam usaha menghentikan perang itu. Para komandan mengatakan pasukan tambahan sedang bergerak masuk ke kota-kota dan desa-desa dengan satu misi melindungi warga sipil.
Ujian terbesar mereka adalah mengawasi pemilihan presiden 20 Agustus terhadap ancaman gangguan dari para gerilyawan.
Karzai memiliki peluang besar, tetapi satu jajak pendapat pekan ini menyatakan ia akan gagal meraih kemenangan dengan suara mayoritas dan menghadapi pemilihan tahap kedua enam minggu kemudian melawan Abdullah.
Abdullah, mentan menteri luar negeri yang momentum kampanye mengejutkan para diplomat Barat, melakukan kampanye di Kandahar, Rabu dan Kamis terbang ke kota Mazar--Sharif untuk melanjutkan kampanye.
Karzai berpidato dihadapan para wanita pendukungnya di Kabul.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009