Kedua jenazah yang dibawa dengan dua ambulans tersebut diberangkatkan dari Kampung Brengosan Kota Solo, pukul 09.30 WIB dengan diiringi ratusan sepeda motor dan sejumlah mobil yang berkonvoi menuju ke tempat pemakaman di Sragen.
Kedua jenazah dimakamkan secara berdampingan sekitar pukul 10.15 WIB dengan diiringi takbir yang diteriakkan ratusan pelayat yang datang.
Prosesi pemakaman kedua jenazah sempat terhambat karena ketika akan dilaksanakan pemakaman tidak tersedia cangkul yang digunakan untuk menimbun tanah makam.
Akan tetapi, pemakaman dapat dilanjutkan setelah seorang warga meminjamkan cangkul kepada pelayat.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Abu Bakar Ba`asyir memimpin doa di lokasi pemakaman usai kedua jenazah dikubur.
"Kita tetap harus mendoakan Eko dan Air untuk mendapat pahala dan ampunan dari Allah SWT. Meskipun, cara jihad yang dilakukan Eko dan Air berbeda dengan cara yang seharusnya," kata Ba`asyir.
Abu Bakar Ba`asyir mengatakan, Air dan Eko tetap merupakan pejuang Islam karena memperjuangkan syariat Islam.
Sementara itu, sempat terjadi kericuhan di lokasi pemakaman Air dan Eko saat prosesi pemakaman berlangsung.
Kericuhan tersebut terjadi karena terjadi salah pengertian antara seorang warga setempat dengan sejumlah pelayat.
Perkelahian nyaris terjadi karena seorang warga yang diketahui bernama Yakub dianggap sebagai provokator.
Akan tetapi, kericuhan berhasil diredam setelah beberapa pelayat mengusir warga tersebut dari lokasi pemakaman.
Seorang warga setempat, Agus mengatakan, insiden tersebut hanya karena salah paham. "Menurut saya, pelayat sensitif karena sebelum pemakaman tersiar kabar ada penolakan warga terhadap pemakaman tersebut," kata Agus yang enggan menyebut nama belakangnya.
Ia mengakui ada pro dan kontra yang terjadi di kalangan warga Kaliyoso mengenai pemakaman tersebut. Akan tetapi, permasalahan tersebut sudah selesai sejak Rabu malam dengan keputusan penerimaan warga terhadap pemakaman kedua jenazah.
Pada kesempatan yang lain, Ketua RT setempat, Dairobi belum bisa dimintai keterangan mengenai isu penolakan tersebut. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009
Di satu pihak Aparat mati-matian memburu Teroris,demi keamanan melindungi masyarakat dan negara.
Di sisi lain Umat islam mengamini dan memuja-muja Penjahat.
Dasar Dogma setan! kasihan Bangsaku terlalu bodoh dan gampang sekali di bodohi.
Sudah jaman modern computer berserakan,sampai2 toilet aja ada TV nya,masih saja hati & nalarnya dibutakan.
di Islam itu gak ada kedamaian lihat dinegara2 Islam sono! yg ada tiap hari Bom meleduk & pembunuhan sadis.
NKRI smoga tetap jaya.
kebodohan orang ini merusak kemurnian islam. ulama dan pesantren telah merusak sendi2 kehidupan dan pengertian terhadap Allah swt. Mati kalian semua sebagai syetan