Jakarta (ANTARA) - Shaum (puasa) dan semua ibadah dalam Islam didesain dan dikonsep untuk kepentingan para hamba Allah SWT dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

Fungsi lain dari ibadah-ibadah dalam Islam adalah agar semua orang yang menganut agama Islam, pecinta Rasulullah SAW, bisa menaikkan tingkatan akhlaknya menuju akhlak yang mulia.

Kalau kita cermati, pada setiap ibadah yang disyariatkan dalam Islam kita akan menemukan di dalamnya pesan-pesan akhlak dan pesan-pesan moral yang harus ditunaikan.

Nilai suatu ibadah bergantung sekali pada bagaimana seseorang bisa memaksimalkan pelaksanaan pesan moral yang ada dalam ibadah tersebut.

Semakin maksimal dia melaksanakan pesan moral dalam ibadah tersebut, akan semakin luas jalan bagi dia untuk berdekatan dengan Allah dan berdekatan dengan sesama makhluk Allah.

Bisa jadi seseorang melakukan ibadah di bulan Ramadhan, menjalankan puasa sesuai dengan hukum fikih, tetapi dia tidak melaksanakan pesan moral dari ibadah puasa itu.

Ketika Rasulullah SAW menerima kabar bahwa ada seorang perempuan yang memaki pembantunya di siang hari bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengutus seseorang untuk membawa makanan agar dimakan oleh perempuan tersebut.

Perempuan tersebut mengatakan bahwa dia sedang berpuasa, namun Rasulullah SAW mengatakan, "Mana mungkin kamu berpuasa". Karena orang berpuasa itu tidak memaki, tidak berkata kotor, tidak menebar fitnah, tidak menebar hoaks. Ini pesan moral dari ibadah Ramadhan.

Dalam Al Quran dijelaskan tentang ketentuan puasa bagi setiap Muslim dan Muslimah yang punya uzur syar'i seperti karena usia lanjut atau penyakit yang membuat dia tidak bisa berpuasa. Al Quran mengingatkan agar mereka melaksanakan saja pesan moral ibadah puasa dengan menyiapkan fidyah untuk fakir miskin. Demikian tinggi pesan moral dan nilai dari setiap ibadah yang kita lakukan.

Kalau hanya melakukan ritual ibadah tanpa menjalankan pesan moral yang terkandung di dalamnya, maka bisa jadi kita akan termasuk dalam golongan orang-orang yang bangkrut di akhirat sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW suatu ketika bertanya kepada sahabat. "Tahukah kalian siapa orang yang bangkut di hari kiamat itu?" Para sahabat menjawab, "Mereka adalah orang yang tidak punya apa-apa dan semua hartanya habis".

Rasulullah menjawab, "Bukan. Orang yang bangkrut di hari kiamat adalah mereka yang ketika datang menghadap kepada Allah membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala haji, pahala zakat, namun ketika ditimbang, datanglah seseorang mengadu kepada Allah, 'Ya Allah orang ini ketika di dunia menggunjing saya, merampas hak-hak saya', lalu Allah SWT pun memotong pahala puasanya dan memberikannya kepada orang yang mengadu".

Aduan dari orang lain terus datang kepada orang itu sehingga nyaris semua pahala dari ibadah-ibadah yang dia lakukan diberikan kepada orang yang dia zalimi selama hidup di dunia.

Oleh karena itu marilah kita menjaga puasa kita agar kita tidak menjadi orang yang bangkrut di akhirat nanti. Dahulukan kehendak Allah, nomorduakan kehendak kita.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Wallaahu a'lamu bishawaab. Wallaahu muwafiq ilaa aqwaamithoriq.

*) Ustadz Edi KR adalah seorang dai

Pewarta: Ustadz Edi KR *)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020