Jakarta (ANTARA News) - DPR RI tetap memberi apresiasi kepada kepolisian meski dalam penyergapan di Temanggung (Jawa Tengah) pada 8 Agustus 2009, Detasemen Khusus (densus) 88 Antiteror Polri belum berhasil menangkap atau menembak Noordin M Top.

Pernyataan itu disampaikan Ketua DPR Agung Laksono di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu, menanggapi perkembangan pengusutan kasus terorisme yang diumumkan kepolisian.

Agung mengemukakan, berdasarkan kronologi yang disampaikan oleh Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Nanan Soekarna, Ibrohim alias Boim yang ditemukan tewas di lokasi penyergapan di Temanggung merupakan orang yang berperan dalam pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.

Karena itu, tindakan polisi tidak sia-sia mengingat orang yang tewas dalam penyergapan itu juga bagian kelompok dalam jaringan teroris.

Agung mengingatkan pemerintah dan masyarakat serta aparat keamanan untuk terus meningkatkan kewaspadaan karena tokoh utama dari semua aksi pengeboman di Indonesia, yaitu Noordin M Top belum ditangkap atau ditembak.

Dengan demikian, kata Agung, ancaman teroris masih ada di Indonesia. Karena itu, aparat keamanan bersama semua pihak perlu terus meningkatkan kewaspadaan. Yang harus dilakukan adalah memutus jaringan teroris agar sulit bergerak untuk melakukan aksinya.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Nanan Soekarna mengumumkan bahwa tersangka teroris yang tewas saat penyergapan di Temanggung, Jawa Tengah, adalah Ibrohim alias Boim (37), bukan Noordin M Top, buronan berbagai kasus terorisme selama sembilan tahun terakhir.

Nanan menegaskan, Polri selama ini tidak pernah menyebutkan identitas jenazah itu, sebelum mendapatkan data yang pasti.

"Ibrohim memiliki peran yang sangat dominan dalam ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Mega Kuningan," katanya.

Menurut Nanan, peran Ibrohim, antara lain, melakukan survei, memasukkan bom ke dalam hotel dan menyimpan bom di kamar 1808 Hotel JW Marriott.

Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Mabes Polri Brigjen Pol Edy Saparwoko mengatakan, Polri telah melakukan uji DNA jenazah di Temanggung dengan sampel keluarga yang diambil dari keluarga Noordin M Top di Johor Baru, Malaysia, dan sampel dari keluarga lain yang ada di Cilacap dan Klaten, namun hasilnya tidak identik.

Menurut dia, untuk mengetahui identitas Ibrohim, Polri telah melakukan uji DNA dengan kedua anak Ibrohim, satu laki-laki dan satu perempuan. Hasilnya identik 100 persen.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009