Jakarta (ANTARA) - Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei tahun ini bertepatan dengan momen satu abad Hassan Shadily yang namanya tercantum dalam kamus terjemahan Bahasa Indonesia-Inggris.

Bersama John M. Echols, dia berhasil menyusun "Kamus Indonesia-Inggris dan Kamus Inggris-Indonesia" yang berpengaruh besar terhadap perkembangan bahasa Inggris di Indonesia.

“Selama hidupnya, ayah selalu memikirkan kemajuan anak-anak bangsa. Beliau menyadari betul bahwa kemajuan itu awalnya dari alat komunikasi yang bagus, yaitu bahasa," kata salah satu putri Hassan Shadily, dalam keterangan persnya, Kamis.

Baca juga: 2.000 Kosakata Baru Jadi Bahasa Indonesia

Baca juga: "Gangnam Style" antre masuk kamus

Dia menambahkan selama ayahnya hidup ia ingin sekali melihat anak-anak Indonesia dapat menempuh pendidikan di Amerika dan Eropa dalam pemahaman teknologi dan diterapkan di Indonesia.

"Maka mulailah beliau menulis kamus Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris sebagai pemikiran untuk memajukan anak bangsa,” ujarnya.

Hassan Shadily lahir di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, pada 20 Mei 1920. Dia menempuh pendidikan HIS di Pamekasan pada tahun 1929, berlanjut ke MULO di Malang tahun 1937, dan MOSVIA di Yogyakarta tahun 1941. Pada tahun 1944, Hassan berkesempatan belajar di Tokyo International School, dilanjutkan Military Academy Tokyo Japan pada tahun 1945.

Hassan menjadi salah satu orang Indonesia pertama yang mendapatkan beasiswa Fulbright ketika pertama kali diluncurkan tahun 1952. Dengan beasiswa ini, Hassan Shadily mengambil pendidikan master sosiologi di Cornell University tahun 1952-1955.

Di sini, Hassan berkenalan dengan John M. Echols, yang mengajaknya terlibat dalam proyek penyusunan kamus Indonesia-Inggris yang sedang dikerjakan.

Kedua leksikografer itu kemudian membuahkan karya berupa buku "An Indonesian-English Dictionary" diterbitkan Cornell University Press pada tahun 1961, menyusul "An English-Indonesian Dictionary" terbit pada tahun 1975.

Baca juga: Bahasa Jawa Tak Lagi Dominasi KBBI 2008

Baca juga: Pusat Bahasa Akui KBBI IV Kurang Sempurna

Kedua buku itu kemudian diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama di Indonesia sebagai "Kamus Indonesia-Inggris dan Kamus Inggris-Indonesia" mulai tahun 1976.

Selepas John M. Echols wafat pada tahun 1982, Hasan bersama dengan tim Cornell University, mengerjakan revisi ketiga "Kamus Indonesia-Inggris" yang dimulai pada akhir tahun 1983.

Revisi besar itu dilakukan setelah mendapat banyak masukan dari orang-orang Indonesia serta para pemakai edisi pertama atau kedua. Pada waktu itu, lebih dari separuh bagian kamus dirombak dan disesuaikan. Drafnya kemudian diperbaiki oleh Hassan sebelum diterbitkan.

Hassan Shadily meninggal dunia di Jakarta, pada 10 September 2000. Atas jasa-jasanya, ia dianugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden RI pada tahun 2014.

Kamus bahasa Indonesia-Inggris Hassan Shadily yang telah diperbarui hingga kini masih dapat ditemui di Gramedia Pustaka Utama.

”Kami akan terus berusaha memelihara kamus karya John M. Echols dan Hassan Shadily supaya bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia," kata Siti Gretiani, General Manager Gramedia Pustaka Utama.

Baca juga: Kata "rekod" layak masuk kamus bahasa Indonesia

Baca juga: Badan Bahasa bikin KBBI Braille

Baca juga: Penambahan kosakata Kamus Bahasa Indonesia dinilai lamban

Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020