Jakarta, (ANTARA News) - Kiprah sepenuh hati duo arsitek Italia, Carlo Ancelotti dan Fabio Capello di jagat Liga Primer memproklamasikan keindahan dogma bahwa cinta ganti cinta. Dua juru taktik jempolan yang kini melabuhkan jangkar di pelabuhan Britania itu menistakan dogma "mata ganti mata, gigi ganti gigi". Ringkasnya, kecintaan mengusir kebencian.
Formulanya: Ancelotti plus Capello sama dengan cinta. Mengapa? Baik Ancellotti yang menukangi Chelsea maupun Capello yang menggarap skuad St. George`s Cross sama-sama memaknai cinta sebagai perjalanan menuju keberanian untuk kehilangan diri sendiri.
Caranya? keduanya sama-sama meniti jalan kesangsian ketika mengarungi buih-buih ombak samudera Liga Primer. Kecintaan menghalau keputusasaan.
Euphoria baru saja membelai pasukan Chelsea. The Boys in Blue merayakan pesta di Wembley, setelah mengalahkan musuh bebuyutannya Manchester United 4-1 lewat adu penalti pada Minggu (9/8) dalam laga Community Shield.
Sementara, Capello yang telah 19 bulan membangun kolektivitas Three Lions akan menantang Belanda di Amsterdam Arena pada Rabu (12/8). Kecintaan kerapkali berada di antara kepastian dan keresahan. Skeptisisme cinta merasuk laga bola.
Bagi Ancelotti, keteguhan dan kekuatan mental jadi modal Chelsea menghadapi laju lokomotif kompetisi Liga Primer yang akan bergulir pada Sabtu (15/8) waktu setempat. Mantan pelatih AC Milan ini menggendong ambisi pribadi, membawa Chelsea menjuarai Liga Champions.
Ini lantaran milyarder Rusia Roman Abramovich mengekspansi Chelsea. Sejak saat itu, The Blues mengoleksi gelar juara Liga Primer, Piala FA, dan Piala Carling. Hanya trofi Liga Champions yang belum digenggam klub asal London itu.
Terbakar oleh kobaran cinta akan prestasi di kancah Eropa, pelatih asal Negeri Samba Luiz Felipe Scolari didepak karena dinilai gagal meskipun musim belum berakhir. Kepahitan kerapkali menyelingi kecintaan akan menjulangnya prestasi dan iming-iming gengsi.
Sejak awal, Ancelotti meminta pasukannya untuk saling menghormati dan mengedepankan kerja keras guna membangun era baru. "Untuk memulai kompetisi, kami harus sedikit mengubah strategi tim. Saya sangat bergembira atas hasil pertandingan tadi (melawan Manchester United)," kata Ancelotti yang akrab disapa Carletto. Transformasi cinta gaya Carletto.
"Saya tahu betul para pemain. Saya suka dengan mental mereka dan saya suka dengan organisasi klub ini. Kami siap meraih yang terbaik. Kami harus terus bekerja," katanya pula. Ancelotti kesengsem dengan The Blues. Bukankah kecintaan berawal dari kerinduan. Meminjam bahasa khas Mbah Surip (alm) "I Love You Full".
Formula cinta Carletto= motivasi + kerja keras. Formula inilah yang membuat kepincut Abramovich. Keampuhan formula ini akan diuji ketika menjamu Hull City dalam laga perdana Liga Primer pada Sabtu (15/8).
Sukses sebagai pemain dan pelatih bersama AC Milan serta memenangi dua gelar Liga Champions dan gelar Serie A selama delapan tahun mengukuhkan Carletto sebagai sosok yang mengusung kecintaan, bukan menampilkan kejengahan, apalagi kebencian.
Formula senada dikumandangkan oleh Capello. Pelatih yang awalnya dipandang sebelah mata karena tidak fasih berbahasa Inggris itu berhasil membawa Frank Lampard cs. memenangi selusin dari 15 laga. Sontak, ia menerima curahan simpati. Para penggila The Three Lions mengacungkan jempol atas hasil yang dibukukan Capello dalam tujuh laga Grup 6 kualifikasi Piala Dunia 2010 zona Eropa.
Nilai tambah polesan Capello, yakni pola permainan rapat dan pola serangan balik yang cepat dan efektif. Formula cinta gaya Capello, melihat sisi positif dari setiap sisi negatif. Singa-singa Inggris besutan Capello dinilai kurang greget dalam pertandingan berstatus "friendly".
Dalam delapan partai persahabatan, timnas Inggris sekali bermain imbang melawan Republik Ceska dan dua kali keok saat meladeni Prancis dan Spanyol. Ada selaksa onak dalam ziarah cinta.
Dengan sisa kurang dari sepekan menjelang Liga Primer bergulir, Capello mendaulat para punggawanya untuk memfokuskan diri pada setiap laga berskala internasional. Yang diperlukan satu saja: komitmen.
Ini karena pelatih asal Italia itu hendak menggunakan laga di Amsterdam Arena sebagai ajang pengujian lini depan atas tampilnya Emile Heskey yang bermitra bersama Wayne Rooney. Agresivitas tetap jadi pilihan untuk mengobati luka akan dorongan cinta.
Sementara Steven Gerrard diberi kepercayaan beroperasi di sayap kiri, Capello juga akan mencoba kehandalan kiper cadangan Ben Foster, karena David James dibekap cedera. Pencobaan di tengah kecintaan bermodalkan komitmen plus agresivitas. Skuad Inggris diharapkan secepatnya keluar menyerang untuk merangsek lawan, bersegera keluar dari tekanan. Ini formula cinta khas Capello dalam artikulasi laga bola.
Frank Lampard tetap jadi andalan di lini tengah. "Penting bagi kami dan bagi manajer kami untuk melihat kemampuan para pemain. Karena itu, kami perlu menampilkan permainan gemilang dan memenangi laga kualifikasi ini," kata Lampard. Keteguhan pendapat Capello juga ditunjukkan dengan tidak memanggil Michael Owen masuk ke timnas Inggris.
Penampilan mantan bintang Liverpool itu - yang kini berlabuh di skuad Setan Merah - dinilai pelatih Italia itu kurang mengesankan. Sedangkan sesama rekan di United, Rooney menilai kontribusi Owen masih diperlukan. "Saya beranggapan Michael pantas kembali bergabung ke timnas Inggris," kata Rooney. "Tapi semuanya ini terpulang kepada keputusan manajer". Inilah tantangan formula cinta Capello.
Baik Ancelotti maupun Capello sama-sama mengamini kredo yang dikumandangkan oleh filsuf JP Sartre bahwa "neraka adalah orang-orang lain". Keduanya menghidupi laga bola sebagai konflik. Keduanya bersepaham bahwa inti setiap relasi antara manusia adalah konflik.
Nah, sarana penting dalam konflik adalah sorot mata atau tatapan mata orang lain. Bagaimana pun, tatapan itu merupakan kehadiran orang lain yang menatap, menyelidiki dan "mengobyekkan aku".
Sementara dia menatapku, aku menemukan diriku. Kebebasanku membeku. Karena itu, struktur dasar hubungan antara manusia terdiri atas ketimbal-balikkan. Cinta itu timbal balik, kata Ancelotti dan Capello.(*)
Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009