Pada Maret, IOC dan pemerintah Jepang mengambil keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menunda Olimpiade, yang sedianya akan dimulai pada bulan Juli, selama satu tahun karena wabah virus corona baru.
Virus corona baru ini telah menginfeksi lebih dari 17.100 orang dan menyebabkan 797 kasus kematian di Jepang.
Baca juga: IOC kucurkan Rp12 triliun atasi dampak penundaan Olimpiade Tokyo
Baca juga: Bahas kelanjutan Olimpiade, IOC akan gelar pertemuan jarak jauh
"Sejujurnya saya memiliki beberapa pemahaman untuk ini, karena anda tidak bisa selamanya mempekerjakan 3.000 atau 5.000 orang di Komite Penyelenggara," kata Bach kepada BBC dan dilansir Reuters.
"Anda tidak bisa setiap tahun mengubah seluruh jadwal olahraga di seluruh dunia dari semua federasi besar. Anda tidak bisa membuat para atlet berada dalam ketidakpastian."
Bach mengatakan IOC berkomitmen untuk mengadakan Olimpiade tahun depan meskipun harus disiapkan untuk berbagai skenario, termasuk karantina atlet.
"Apa artinya ini bagi kehidupan di Olympic Village?" dia berkata.
"Semua skenario yang berbeda sedang dalam pertimbangan dan mengapa saya mengatakan ini adalah tugas yang sangat besar, karena ada begitu banyak pilihan yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mengatasinya (sekarang)."
"Ketika kita memiliki pandangan yang jelas tentang bagaimana dunia akan terlihat pada 23 Juli 2021, maka (kita akan) mengambil keputusan yang tepat."
Baca juga: Anggota IOC: Olimpiade Tokyo tidak bergantung vaksin COVID-19
Baca juga: Panitia Tokyo 2020 kecam parodi logo Olimpiade
Baca juga: Penundaan Olimpiade ganggu rencana pribadi atlet, termasuk menikah
Pewarta: Junaydi Suswanto
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020