Salah seorang pedagang kue, Ayu di Biak, Selasa mengakui, tepung terigu eceran sudah mulai habis di pasaran sehingga berdampak pada penjualan kue.
"Saya biasa buat kue banyak namun karena tepung terigu di beberapa pengecer habis terpaksa mengurangi jumlah pembuatan kue," ungkap Ayu, pedagang kue dan makanan keliling.
Ia mengatakan, dirinya tidak mengetahui persis apakah langkanya tepung terigu berkaitan akan adanya kenaikan harga jualnya atau pengaruh pasokan dari distributor.
Dia berharap, pasokan tepung terigu di Biak kembali normal sehingga dirinya dapat berjualan kue untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Biak, Abdul Kahar SE,MM ketika dikonfirmasi, mengakui kalau pihaknya belum menerima laporan tentang adanya kelangkaan tepung terigu dan gula pasir di pasaran.
"Nanti saya cek perihal informasi kelangkaan bahan pokok gula dan tepung terigu di pedagang eceran," katanya.
Untuk menjamin ketersediaan stok berbagai bahan pokok dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1420 H maupun perayaan hari besar keagamaan Idul Fitri dan Natal pihaknya akan melakukan rapat koordinasi dengan pemasok dan instansi teknis.
"Melalui rapat koordinasi diharapkan kita dapat mengetahui ketahanan berbagai stok bahan pokok di Kabupaten Biak Numfor," ujarnya.
Dia mengakui, jika ada kelangkaan bahan pokok, salah satu penyebabnya adalah masalah ketersediaan angkutan transportasi ke Kabupaten Biak Numfor.
Selama ini, lanjutnya, Biak sangat tergantung pasokan berbagai kebutuhan bahan pokok dari luar seperti dari Makassar,Surabaya dan Jakarta serta daerah pemasok lainnya di Indonesia.
"Saya minta pemasok distributor bahan pokok dapat menyiapkan stok yang cukup dalam menyambut bulan puasa, hari raya Idul Fitri dan Natal," imbuhnya.
Harga jual gula pasir di pasar dalam kemasan yang tidak bermerek seharga Rp10 ribuan per kilogram sementara jenis Gulaku seharga Rp12 ribu, sedangkan tepung terigu kemasan Rp8.000/Kg untuk yang bermerek cakra kembar sedangkan roda biru seharga Rp9.000.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009