Warsawa (ANTARA News/AFP/Reuters) - Satu prajurit Polandia hilang dan empat orang cedera Senin setelah gerilyawan Taliban menyerang patroli mereka di Afghanistan, demikian dimumkan militer Polandia.
Jurubicara militer Miroslaw Ochyla mengatakan kepada AFP, operasi pencarian telah dilakukan untuk menemukan prajurit itu, yang hilang ketika patroli gabungan Polandia-Afghanistan diserang di provinsi Ghazni, Afghanistan timur.
"Nyawa empat prajurit Polandia yang terluka dalam tembak-menembak itu tidak dalam bahaya," tambahnya.
Polandia menempatkan sekitar 2.000 prajurit di Afghanistan di bawah Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, dan mereka menjadi bagian dari sekitar 100.000 prajurit internasional yang sebagian besar berasal dari AS.
Sembilan prajurit Polandia tewas sejak pengiriman mereka ke Afghanistan pada 2002, sebagian besar akibat serangan bom pinggir jalan.
Televisi Polandia TVN24 melaporkan, prajurit yang hilang Senin itu adalah seorang kapten yag memimpin patroli besar beranggotakan puluhan prajurit Polandia dan Afghanistan.
Sejumlah prajurit Afghanistan juga terluka dalam bentrokan dengan Taliban, katanya.
Juga Senin, sedikitnya tiga polisi Afghanistan dan dua warga sipil tewas dalam serangan kelompok bersenjata Taliban dan pemboman bunuh diri terhadap kantor-kantor pemerintah di dekat Kabul, kata sejumlah pejabat.
Serangan itu, yang terakhir dari serangkaian serangan menjelang pemilihan presiden 20 Agustus, terjadi setelah para panglima AS mengatakan bahwa perang di Afghanistan belum mencapai titik krisis meski Taliban memperoleh sejumlah kemenangan.
Deen Mohammad Darwish, seorang jurubicara gubernur provinsi Logar, sekitar satu jam perjalanan ke arah selatan Kabul, ibukota Afghanistan, mengatakan, satu penyerang Taliban juga tewas dalam insiden itu.
Serangan-serangan Taliban meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilu Agustus.
Menurut situs independen icasualties.org, 76 prajurit asing tewas pada Juli -- bulan paling mematikan bagi pasukan internasional di Afghanistan. Sepanjang tahun ini 242 prajurit asing tewas di negara itu, sebagian besar akibat serangan-serangan musuh.
Terdapat sekitar 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional akan bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.
Pemilu yang akan menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009