Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama semeter I 2009 mencapai 4,2 persen. Angka tersebut masih di dalam range yang ditetapkan pemerintah untuk semester I 2009 sebesar 4,0 - 4,5 persen.

Kepala BPS Rusman Heriawan di Kantor Pusat BPS Jakarta, Senin mengatakan, pertumbuhan ekonomi selama semester I 2009 RI masuk dalam kelompok negara-negara yang pertumbuhannya masih positif di tengah pertumbuhan ekonomi global yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan ekonomi negatif.

"Seluruh dunia mengalami kontraksi kecuali beberapa negara yang memiliki skala ekonomi besar seperti China yang tumbuh 7,5 persen dan India 5,4 persen," kata Rusman.

Menurut dia, selain China, India, dan Indonesia, tidak tertutup ada kemungkinan negara lain yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif.

"Mungkin ada negara lain yang masih positif tapi skala ekonominya kecil sehingga tidak tampak dalam peta ekonomi dunia, tidak ada konteks dalam kekuatan ekonomi dunia," kata Rusman.

Rusman menyebutkan, pada kuartal II 2009 (dibanding pertumbuhan kuartal I 2009), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2,3 persen.

Sementara jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2008, maka pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2009 mencapai 4,0 persen.

"Angka sebenarnya mencapai 3,99 persen tetapi kita bulatkan menjadi 4,0 persen," kata Rusman.

Ia menegaskan, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama semester I 2009 dibanding semester I 2008 mencapai 4,2 persen.

Rusman menyebutkan, ada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada semester I 2009 dibanding semester I 2008.

"Pertumbuhan ekonomi pada semester I 2009 mencapai 4,2 persen dibanding semeter I 2008 yang mencapai 6,3 persen. Jadi meskipun masih positif tetapi tetap ada perlambatan," katanya.

Menurut Rusman, penyumbang pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2009 dibanding kuartal II 2008 sebesar 4,0 persen terdiri dari berbagai sektor.

"Sektor terbesar dari sektor industri pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 1,4 persen, khususnya sektor komunikasi dan lebih khusus lagi sektor telepon selular," katanya.

Sektor lainnya antara lain sektor jasa-jasa 0,7 persen, sektor keuangan 0,5 persen, industri 0,4 persen, konstruksi 0,4 persen, pertanian 0,3 persen, dan pertambangan dan penggalian 0,2 persen. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009