Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pemberontak Macan Tamil yang telah kalah hari Minggu menuntut penyelidikan mengenai bagaimana pemimpin baru mereka ditangkap di Malaysia dan kemudian diterbangkan ke Sri Lanka untuk diinterogasi.

Visuvanathan Rudrakumaran, seorang tokoh senior Macan Tamil, mengatakan, Malaysia harus memberikan penjelasan terinci mengenai "penculikan" Selvarasa Pathmanathan.

Para pejabat di Kolombo menolak menjelaskan bagaimana Pathmanathan ditangkap, namun pemerintah Thailand mengatakan bahwa ia ditangkap di Kuala Lumpur pada Rabu dan kemudian dikirim ke Sri Lanka melalui Bangkok.

"Jika pemerintah Malaysia tidak memiliki informasi mengenai masalah itu, kami meminta penyelidikan atas insiden itu secara keseluruhan," kata Rudrakumaran dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.

Pathmanathan, seorang tokoh Macan Tamil yang berada di luar negeri yang kemudian memimpin Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) setelah terbunuhnya pemimpin utama Velupillai Prabhakaran pada pertengahan Mei, berusaha menghidupkan lagi kelompok pemberontak itu di luar negeri.

Seorang jurubicara kemneterian pertahanan mengatakan kepada wartawan, Jumat, Pathmanathan diinterogasi di Sri Lanka, namun ia menolak menjelaskan bagaimana ia ditangkap.

Pathmanathan diburu oleh Interpol atas tuduhan penyelundupan senjata dan oleh pemerintah India dalam kaitan dengan pembunuhan mantan Perdana Menteri Rajiv Gandhi oleh seorang penyerang bom bunuh diri Tamil pada 1991.

Ia diperkirakan melarikan diri ke Malaysia dari Thailand dua tahun lalu.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik enik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Tamil juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Sebelum dikalahkan total, gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972. Sebagian besar dana yang diperoleh LTTE bagi perang itu datang dari orang-orang Tamil di luar negeri.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009