"Saya merasa kangen sama Bu Tuti (istri Bahrudin) dan Arina (anak Bahrudin). Kasihan mereka," kata seorang warga Dusun Melela, Nasiwen, Minggu.
Dia mengaku sangat kehilangan keluarga Bahrudin yang sudah dianggap seperti saudara sendiri.
Menurut dia, Tuti dan Arina sangat baik dengan para tetangga. "Bu Tuti sering ikut membantu jika ada tetangga yang hajatan," katanya.
Terkait adanya dugaan keterlibatan Bahrudin dalam jaringan teroris, dia mengatakan, jika memang terlibat, Bahrudin harus bertanggung jawab dan menyerahkan diri.
"Kalau tidak terlibat, dia juga harus segera menyerahkan diri dan menjelaskan semuannya. Kasihan keluarganya yang tidak tahu apa-apa," katanya.
Warga lainnya, Rumiyati juga mengatakan hal yang sama. Menurut dia, keluarga yang tak tahu keterlibatan Bahrudin harus turut menanggung risiko.
Sementara dari informasi yang dihimpun, warga masih menunggu kepastian tentang orang yang tewas dalam penyergapan Densus 88 di Temanggung pada Sabtu (8/8) adalah Noordin M.Top.
Selain itu, warga juga masih menunggu kepastian apakah suami Arina adalah Noordin M. Top atau bukan, karena selama ini warga setempat tidak mengenal sosok menantu Bahrudin Latif tersebut.
"Kalau yang mati itu memang benar Noordin, kita tetap harus waspada karena kaki tangannya tentu masih banyak berkeliaran," ujar seorang warga.
Dari pantauan, rumah Bahrudin Latif hingga saat ini tetap tampak sepi dan garis polisi (police line) masih terbentang di sekeliling rumah.
Bahrudin Latif diketahui menghilang sejak 20 Juni 2009 atau tiga hari sebelum penggerebekan rumahnya oleh Densus 88 pada 23 Juni silam.
Pada 14 Juli 2009, Densus 88 menemukan sejumlah bahan peledak yang ditimbun di bekas empang di pekarangan belakang rumah Bahrudin dan sejak saat itu rumah tersebut dipasang garis polisi.
Keluarga Bahrudin dijemput paksa oleh Densus 88 pada 22 Juli silam karena Arina (anak Bahrudin) diduga sebagai istri Noordin M. Top. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009