Dua warganegara Prancis, pegawai keamanan di kedubes Prancis itu, berada di dekat pria tersebut saat ledakan terjadi," kata pejabat kedubes Marc Flattot.
"Mereka kini berada di rumah sakit, mereka tak cedera, tapi kaget," katanya.
"Beberapa orang Barat berada di rumah sakit tapi nyawa mereka tak terancam," kata seorang pejabat polisi.
Di Paris, satu sumber diplomatik Prancis mengatakan dua orang telah menderita luka ringan dalam serangan tersebut.
"Saya telah mendengar laporan mengenai orang ketiga, tapi saya tidak tahu mengenai itu," katanya. "Mereka (pihak berwenang) sedang melakukan penyelidikan. Kami tidak mengetahui siapa yang melakukan itu atau alasan mereka. Itu adalah sasaran penyelidikan."
Pembom itu mengikatkan sabuk yang berisi bahan peledak di tubuhnya, kata polisi, yang menambahkan ia melakukan peledakan beberapa saat menjelang pukul 07:00 waktu setempat di dekat tembok kompleks kedubes Prancis di Nouakchott.
Serangan tersebut terjadi tiga hari setelah pemimpin kudeta di negara Afrika barat itu, yang melancarkan tindakan yang dikutuk banyak kalangan satu tahun lalu, mengambil-alih kekuasaan di bekas koloni Prancis tersebut menyusul pemilihan umum.
Pada 23 Juni, seorang warganegara AS yang bekerja di Mauritania, Christopher Legget (48), ditembak hingga tewas di Noukchott. Seorang tersangka didakwa Selasa lalu (28/7) dengan tuntutan melakukan pembunuhan dan menjadi anggota Al-Qaida.
Al-Qaida di Negara Islam Maghribi (AQIM), cabang kelompok itu di Afrika utara, mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Tiga tersangka berada di penjara selama menunggu pengadilan atas pembunuhan pada Desember 2007 atas empat wisatawan Prancis di Aleg di bagian selatan negara tersebut. Ketiga pria itu juga diduga adalah anggota AQIM.
Kegiatan Al-Qaida telah meningkat di Afrika barat-laut dan Gurun Sahara, tapi serangan di Mauritania sudah sering terjadi.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009