Pandemi COVID-19 telah mengajarkan bahwa mewujudkan kedaulatan di bidang pangan mutlak.

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo melakukan terobosan dalam penyelenggaraan sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Selasa (19/5), secara daring dengan memanfaatkan teknologi dan bekerja sama dengan Millenial Fest dan melibatkan berbagai kader organisasi massa kepemudaan.

Organisasi massa kepemudaan, seperti PB HMI, GMNI, Pemuda Muhammadiyah, PMKRI, PII, KNPI, dan Pemuda Pancasila.

"Pandemi COVID-19 membuat kita untuk sementara waktu tidak bisa berkumpul dalam satu tempat yang sama. Walaupun perjumpaan fisik tak lagi bisa dilakukan, jumpa virtual bisa menjadi jalan keluarnya," kata Bamsoet dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Berkat kecanggihan teknologi informasi, lanjut Bamsoet, aktivitas tidak sepenuhnya berhenti total karena masih bisa bertukar pikiran.

Mantan Ketua DPR RI itu mengatakan bahwa kehadiran COVID-19 bukan berarti menjadi alasan, terutama bagi kaum muda, untuk tidak melakukan kegiatan berharga.

"Ruang kreativitas kebangsaan tidak boleh mati lantaran kedatangan pandemi. Atas dasar itu, sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang punya dampak positif terhadap kehidupan masyarakat tidak akan berhenti hanya karena pandemi," katanya menegaskan.

Menurut dia, sosialisasi Empat Pilar MPR tetap berjalan meski dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, dari perjumpaan fisik, menjadi perjumpaan virtual yang justru mendatangkan banyak manfaat baru.

Salah satunya, menurut Bamsoet, menekan pengeluaran negara lantaran tidak perlu menyiapkan konsumsi dan hal teknis lainnya.

"Di sisi lain, pemuda dari berbagai wilayah, bahkan yang sedang di luar negeri, bisa turut ikut serta walaupun dari kamar indekosnya masing-masing," katanya.

Politikus Partai Golkar itu mengingatkan kaum muda bahwa pandemi COVID-19 akan membuat mereka menghadapi tantangan yang sangat berat.

"Bukan hanya pada ketatnya persaingan dalam dunia kerja, melainkan juga perubahan paradigma dalam memandang dunia," katanya.

Disebutkan pula bahwa banyak sektor pekerjaan telah dan akan terhapus, tergantikan oleh sektor lain yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.

"Dari mulai artificial intelligence hingga rekayasa genetika, kini menjadi primadona dunia," ujarnya.

Bamsoet mengutarakan bahwa pemuda Indonesia yang tidak bisa mempersiapkan dirinya dengan baik bakal tergilas "roda" zaman sehingga jangan hanya puas menjadi penikmat teknologi informasi.

Menurut dia, pemuda Indonesia juga harus terlibat dalam berbagai penemuan baru dan kecanggihan teknologi informasi.

"Tidak berhenti sampai di sini, pasti masih ada peluang lain yang bisa dilakukan, tinggal bagaimana kejelian dalam melihatnya," kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu menilai sektor pertanian dan perkebunan menjadi salah satu potensi Indonesia yang belum tergarap dengan baik, sekaligus menjadi peluang bagi pemuda untuk menciptakan nilai tambah.

"Misalnya, di Malaysia, mereka memiliki durian Musang King yang sudah menjadi raja durian dunia. Di Indonesia, dengan tanah yang luas dan iklim yang bagus untuk bercocok tanam, justru tidak memiliki durian unggulan yang bisa diekspor ke berbagai negara," katanya.

Menurut dia, bukan hanya buah-buahan, melainkan kebutuhan pokok, seperti beras, bawang, hingga cabai saja, Indonesia masih mengandalkan impor sehingga kondisi tersebut sangat lucu dan ironis.

Akibatnya, ketika musibah datang seperti pandemi COVID-19, Indonesia ketar-ketir karena khawatir negara asal menghentikan impor untuk mencukupi kebutuhan dalam negerinya.

Bamsoet lantas menekankan, "Pandemi COVID-19 telah mengajarkan bahwa mewujudkan kedaulatan di bidang pangan mutlak."

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020