Caracas (ANTARA) - Venezuela memberlakukan jam malam baru di beberapa kota di sepanjang perbatasannya dengan Kolombia dan Brazil sebagai tanggapan atas lonjakan kasus COVID-19.
Menteri Informasi Jorge Jorge Rodriguez pada Selasa (19/5) mengatakan lonjakan kasus tersebut terkait dengan migran yang pulang ke Venezuela.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah, Rodriguez mengatakan negara Amerika Selatan itu telah mendeteksi 131 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Angka itu jadi jumlah harian kasus positif COVID-19 terbanyak hingga saat ini.
Dia mengatakan jumlah tersebut termasuk 110 orang yang tertular virus di luar negeri, sehingga total menjadi 749, dengan 10 kematian.
Karena gangguan ekonomi dan krisis kemanusiaan, jutaan orang Venezuela telah meninggalkan tanah tumpah darahnya untuk pergi ke negara lain, seperti Kolombia, Ekuador, serta Peru, dan menetap di sana.
Tetapi dengan pemberlakuan karantina wilayah di negara-negara itu sebagai upaya melawan COVID-19, ribuan orang kembali lagi ke Venezuela karena mereka telah kehilangan penghasilan di tanah rantau.
Migran yang kembali ke Venezuela diharuskan menjalani karantina selama 14 hari di tempat penampungan di perbatasan.
Kasus positif COVID-19 di Venezuela jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara Amerika Latin lainnya.
Namun, kasus positif COVID-19 meningkat sangat cepat dalam empat hari terakhir.
Para tenaga medis memperingatkan pemerintah bahwa fasilitas kesehatan di Venezuela tidak siap mengatasi pandemi COVID-19 setelah bertahun-tahun kekurangan dana.
Sumber: Reuters
Baca juga: Venezuela tetapkan kontrol baru, harga telur melebihi gaji sebulan
Baca juga: Pria Venezuela ditembak mati saat kerusuhan krisis bahan pokok
Baca juga: Venezuela tangkap delapan tersangka serangan diduga didukung AS
Jumlah positif melonjak, Khofifah akan evaluasi penanganan COVID-19
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020