"Mas Willy orang yang sangat peduli dengan masyarakat," katanya ketika ditemui ANTARA, di Bengkel teater Rendra, Jumat. Mas Willy merupakan panggilan akrab WS Rendra.
Djusman juga marasa kagum dengan penyair yang mendapat julukan "Si Burung Merak" karena dedikasinya hidupnya untuk kesenian yang tiada henti, sampai akhir hayatnya, dengan menyuarakan kekritisannya.
"Hidupnya dicurahkan untuk mengembangkan kesenian yang bebas berekspresi, dan kritis terhadap realitas sosial. Ini menjadikan ia begitu dikenal," ujar Jusman.
Ia mengatakan Rendra selalu mengingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan seharusnya bisa bersatu dan bekerjasama untuk membangun bangsa, demi kesejahteraan masyarakat.
Salah satu sikap Rendra yang tidak dapat dilupakannya adalah ketika bertemu selalu dengan wajah gembira, tidak pernah sedih. Rendra kata Djusman juga tidak segan-segan mengatakan sesuatu yang ia tidak suka dengannya.
"Kalau ia tidak suka menyatakan terus terang, karena sudah dianggap keluarga," katanya.
Jusman mengatakan terakhir kali bertemu Rendra dua minggu yang lalu saat penyair dengan julukan "Burung Merak" tersebut masih dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading.
Ketika itu lanjutnya membicarakan realitas sosial yang terjadi dimasyarakat. Jusman mengatakan bahwa ia kenal dengan Rendra pertama tahun 1978. Ketika itu saya masih jadi mahasiswa ITB dan beliau sedang menjadi ikon atas kekritisannya.
Sastrawan yang bernama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra atau H Wahyu Sulaiman (WS) Rendra meninggal pukul 21.30 WIB. Rendra yang lahir di Solo 7 November 1933 itu, akan dimakamkan di Bengkel Teater milik Rendra di Cipayung Jaya, Citayam, Kota Depok, Jawa Barat.
Sebelum dimakamkan, Rendra akan disalatkan di masjid terdekat Bengkel Teater dan dimakamkan seusai salat Jumat.
Tempat peristirahatan terakhir WS Rendra saat ini sedang digali. Sedangkan jenazah, kini diletakkan di sebuah pendopo yang berada tidak jauh dari lokasi pemakaman.
Pembacaan ayat suci Al-quran dan lantunan Surat Yasin dan Salawat Nabi terus dibaca oleh para pelayat.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009