Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, berakhir pada 71,94 dolar AS, turun tiga sen dari harga penutupan pada Rabu, setelah mencapai puncak tertinggi lima pekan 72,42 dolar AS.
Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman September turun 68 sen menjadi ditutup pada 74,83 dolar AS. Sebelumnya harga telah naik mencapai 76,00 dolar.
Kedua kontrak telah ditutup lebih tinggi pada hari Rabu karena investor kembali ke komoditas termasuk minyak, yang didorong oleh melemahnya mata uang AS yang membuat kontrak berjangka minyak mentah menjadi pilihan investasi menarik, kata para pedagang.
Harga minyak mentah berjangka dalam mata uang AS menjadikannya lebih murah ketika dolar jatuh.
Analis mengatakan, pasar minyak AS sedang menunggu laporan dari Departemen Tenaga Kerja pada Jumat, tentang pengangguran dan payrolls (daftar gaji), untuk petunjuk kekuatan stabilisasi dalam resesi panjang.
Sebagian besar ekonom memperkirakan data akan menunjukkan tingkat pengangguran naik ke 9,6 persen, dari tertinggi 26 tahun sebesar 9,5 persen pada bulan Juni, dan ekonomi mengurangi 328.000 pekerjaan non pertanian.
"Besok angka ini sangat penting untuk arah masa depan. Data pekerjaan sangat berpengaruh bagi pasar energi," kata John Kilduff dari MF Global.
Pada Kamis, Departemen Tenaga Kerja mengatakan dalam laporan mingguan terbaru, klaim manfaat pengangguran AS jatuh lebih tajam dari yang diperkirakan dalam pekan yang berakhir pada 1 Agustus, menjadi 550.000.
Angka itu di bawah revisi 588.000 klaim baru di pekan sebelumnya, dan lebih baik dari rata-rata perkiraan analis 580.000.
Angka pada Kamis "dapat membuktikan angka yang lebih baik daripada yang kami antisipasi" untuk tingkat pengangguram bulanan, kata Kilduff.
Beberapa analis memperkirakan harga minyak akan mundur karena lemahnya permintaan minyak mentah.
"Rally harga minyak akan terputus-putus," analis dari konsultan Capital Economics yang berbasis di London mengatakan dalam sebuah laporannya.
"Banyak prakiraan tampaknya masih akan terlalu dipengaruhi oleh ledakan yang dimulai pada tahun 2004. Tetapi permintaan terakhir masih lemah selama bertahun-tahun."
Data yang dirilis pada Rabu oleh Departemen Energi AS (DOE) melukiskan gambaran beragam permintaan minyak di Amerika Serikat, pengguna energi terbesar di dunia.
Pada Juli tahun lalu, harga minyak telah mencapai rekor puncak tertinggi di atas 147 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan. Tetapi setelah 12 bulan, harga telah merosot hingga mencapai 32 dolar AS pada bulan Desember sebelum bangkit kembali dalam beberapa bulan terakhir.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009