Brisbane (ANTARA News) - Kalau Perdana Menteri Kevin Rudd disebut sebagai seorang pekerja keras, itu hal biasa. Tapi jika pemimpin Australia itu dituding seorang "anchor" stasiun TV Amerika Serikat (AS) sebagai seorang "pembunuh berantai", boleh jadi itu bak petir di siang bolong.
Tudingan "pembunuh berantai" itulah yang hari Rabu (waktu Amerika) diterima Rudd dari Anchor "CNBC", Erin Burnett. Kontan tudingan Burnett itu menyita perhatian media-media besar Australia.
Harian "The Australian" dan Stasiun TV "Channel Seven" dalam acara "Sunrise" Kamis pagi, melaporkan, tuduhan Burnett dipicu oleh keputusan kabinet Rudd menggelontorkan dana sebesar 19 juta dolar Australia untuk mengurangi kelebihan populasi unta yang sudah mencapai sedikitnya satu juta ekor di negara itu.
Populasi unta liar itu hidup di berbagai kawasan gurun, seperti Gurun Simpson, Gibson dan Tanami.
Aksi pemerintah federal Australia itu disebut Burnett sebagai sebuah pembantaian. Kepada para pemirsa CNBC, Burnett mengatakan bahwa "pembunuh berantainya" adalah PM Rudd.
CNBC pun menayangkan foto orang nomor satu di Australia itu. "Ya Perdana Menteri Kevin Rudd. Apa anda tahu apa yang sedang dilakukannya? Dia melancarkan serangan udara terhadap unta-unta itu," tuding Burnett penuh semangat di acaranya bersama Komentator Jim Cramer itu.
Berkaitan dengan soal pengurangan populasi unta ini, dalam penjelasan persnya 9 Juli lalu, Menteri Lingkungan Hidup Australia Peter Garett mengatakan, pihaknya hanya akan mengurangi sekitar 15 ribu sampai 25 ribu ekor lewat perburuan di darat dan udara serta "pemanenan komersial".
Garett memperkirakan populasi unta di Australia bertambah sekitar 80 ribu ekor per tahun.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009