New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah naik pada Rabu waktu setempat, karena melemahnya dolar AS dan beragamnya laporan stok energi di Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar di dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, naik 55 sen dari penutupan Selasa menjadi berakhiri pada 71,97 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, melompat 1,23 dolar AS menjadi 75,51 dolar AS, level tertinggi sejak pertengahan Oktober.

Analis mengatakan, melemahnya dolar AS dalam beberapa hari terakhir memicu kenaikan harga minyak.

Harga minyak dalam mata uang AS menjadikan minyak lebih murah bila dolar jatuh.

Dolar yang dianggap sebagai mata uang "safe haven" (tempat berlindung yang aman) cenderung lebih baik selama masa ketidakpastian ekonomi, sementara euro yang lebih berisiko telah bangkit dalam beberapa pekan terakhir di tengah optimisme ekonomi yang lebih besar.

"Dolar memecahkan beberapa level teknikal dan orang sangat senang dan menjadi sibuk menyerbu komoditas," kata broker minyak independen Ellis Eckland.

Euro telah melonjak dari 1,40 dolar pada akhir Jumat menjadi di atas 1,44 dolar pada Senin, naik ke tingkat tertinggi sejak Desember di 1,4445 dolar di tengah berkembangnya harapan untuk pemulihan dari resesi global.

Namun, pada Rabu, euro yang jatuh terhadap dolar akibat aksi ambil untung.

"Jumlah persediaan sedikit negatif, namun para pedagang lebih

melihat dolar, dan mereka berpikir bahwa jika dolar terus rendah, maka disana akan terjadi lonjakan harga minyak," kata Eckland. "Tetapi sekarang ada kelebihan pasokan."

Departemen Energi AS (DOE) Rabu mengatakan, bahwa stok minyak mentah Amerika meningkat 1,7 juta barel pada minggu yang berakhir 31 Juli, tiga kali lebih besar daripada rata-rata proyeksi analis.

Tetapi persediaan dari distilasi, termasuk bahan bakar diesel (solar) dan pemanas, merosot 1,1 juta barel, sebagai pengganti perkiraan naik 900.000 barel.

Cadangan bensin juga turun 200.000 juta barel, jauh lebih rendah dari proyeksi penurunan 1,3 juta barel.

Pasar minyak telah rally tajam awal minggu ini, didorong oleh perbaikan prospek pemulihan ekonomi dan lebih lemahnya dolar.

Pada Senin, minyak mentah New York melesat menjadi 72,10 dolar AS - sebuah tingkat yang terakhir tercapai pada 16 Juni. Pada hari Selasa, Brent London menyentuh 74,36 dolar, yang terakhir dilihat pada 15 Oktober.

Ke depan, arah masa depan harga minyak mentah akan ditentukan oleh data ekonomi global, khususnya dari ekonomi AS, kata analis.

Sebuah survei oleh perusahaan payrolls AS ADP, Rabu menunjukkan, bahwa sektor swasta mengurangi 371.000 pekerjaan pada bulan Juli, turun tajam dari bulan sebelumnya, tetapi lebih tinggi dari yang diharapkan di tengah resesi yang berat dan panjang.

Jumlah pekerjaan non pertanian swasta yang hilang pada bulan lalu melampaui proyeksi sebagian besar analis 350.000.

Data pengangguran Juli akan dirilis pada hari Jumat oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, adalah salah satu indikator penting minggu ini, kata para pedagang.

"Untuk menjaga tingkat harga 70 dolar, kita perlu lebih banyak perkembangan yang bullish termasuk angka pengangguran yang menurun dan tingkat persediaan yang tidak menggelembung terlalu banyak," kata John Kilduff, wakil presiden senior pada pialang energi MF Global.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009