Resolusi tersebut akan dipresentasikan delegasi EU dalam pertemuan virtual Majelis Kesehatan Dunia, badan pengambil keputusan WHO, yang dimulai Senin.
Menurut Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri RI Kama Pradipta, resolusi itu disusun untuk membenahi aspek struktural, legal, organisasi, dan mekanisme di dalam WHO, serta hubungannya dengan negara anggota---guna menghadapi pandemi di masa depan.
“EU mengajukan resolusi yang intinya untuk menjadikan pandemi COVID-19 sebagai pembelajaran dan pembenahan WHO. Indonesia sendiri memandang ini sebagai kesempatan untuk menyalurkan kepentingan kita,” kata Kama kepada ANTARA, Senin.
Kepentingan yang terus disuarakan Indonesia adalah solidaritas bersama dalam kerangka multilateral untuk menghadapi pandemi COVID-19.
Selain itu, Indonesia menggarisbawahi pentingnya akses yang adil dan merata, khususnya bagi negara berkembang dan least developed countries, untuk mendapat obat-obatan dan vaksin.
Indonesia juga menyeru rezim paten yang lebih fleksibel, khususnya pada masa pandemi saat ini, agar seluruh negara dapat mencukupi kebutuhan vaksin bagi warganya.
Resolusi yang tampaknya akan diadopsi oleh negara anggota WHO pada Selasa (19/5), juga telah didukung oleh Amerika Serikat dan China---yang sempat berseteru tentang perlunya dilakukan penyelidikan independen atas asal-usul virus corona dan penanganan wabah tersebut oleh WHO.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebelumnya mengatakan ada "sejumlah besar bukti bahwa virus berasal dari laboratorium di Wuhan"---sebuah tuduhan yang dibantah China.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan masih terlalu dini untuk meluncurkan penyelidikan tentang asal-usul dan penyebaran virus corona, dan mengatakan Presiden Xi Jinping akan memberikan pidato video saat upacara pembukaan pertemuan WHO.
Namun, kedua negara kemungkinan akan kompak mendukung resolusi yang diajukan EU, yang menyerukan kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk memulai "evaluasi yang tidak memihak, independen, dan komprehensif" dari respons kesehatan internasional terkoordinasi WHO untuk COVID-19, termasuk efektivitas mekanisme yang ada "pada saat awal yang paling tepat."
Resolusi mendukung kerja yang berkelanjutan, termasuk melalui "misi lapangan" ilmiah, untuk mengidentifikasi sumber zoonosis atau hewan yang menjadi sumber virus, dan bagaimana hewan itu melintasi penghalang spesies hingga menulari manusia.
Resolusi tersebut juga didukung oleh sejumlah negara termasuk Australia, Inggris, Kanada, India, Jepang, dan Rusia. Nama-nama dalam rancangan resolusi menunjukkan dukungan dari 116 dari 194 negara di WHO untuk resolusi itu, menurut laporan Reuters.
Baca juga: AS, China mungkin dukung evaluasi independen atas penanganan COVID-19
Baca juga: Australia sambut dukungan untuk penyelidikan COVID-19
Baca juga: Sekjen PBB nyatakan dukungan bagi WHO di tengah pandemi COVID-19
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020