Kabul (ANTARA News/AFP) - Ketua baru NATO, Rabu, berada di Afghanistan untuk menilai usaha persekutuan itu dalam perang melawan pejuang, sebuah kunjungan mendadak pada hari ketiganya di jabatan itu, kata pejabat NATO.

"Ia di sini," kata perwira pers Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO) kepada kantor berita Prancis AFP merujuk kepada mantan Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen, yang memimpin persekutuan 28 negara itu pada Senin.

"Ia mengelilingi sarana itu dan bertemu dengan pejabat tertinggi," kata jurubicara, Letnan Robert Carr.

Rasmussen mulai menjabat di Brusel dan berjanji mencegah Afghanistan sekali lagi menjadi pusat terorisme antarbangsa saat memaparkan prioritasnya sewaktu NATO terlibat dalam tugas terbesarnya.

Sekretaris jendral baru itu dijadwalkan menemui Presiden Hamid Karzai pada Rabu, kata pejabat Afghanistan.

Ketua NATO itu juga dijadwalkan menemui tiga calon terkemuka lain untuk pemilihan presiden pada 20 Agustus pada Kamis.

ISAF terdiri atas sekitar 65.000 tentara dari 42 negara, yang memainkan peran kunci, bersama gabungan pimpinan Amerika Serikat, dalam membantu Afghanistan melawan perjuangan pimpinan Taliban, yang mencapai tingkat tertinggi pada tahun ini.

Kelompok Taliban diduga menembakkan tujuh roket ke ibukota Afghanistan, Kabul, dalam serangan menjelang fajar pada Selasa, kata polisi.

Serangan itu mencederai seorang anak-anak dan menyebabkan beberapa bangunan rusak.

Polisi Saeed Ghafar menyatakan sebuah roket mendarat di daerah diplomat di Wazir Akbar Khan, yang merupakan tempat sejumlah kedutaan, di samping markas besar pasukan pimpinan NATO, sementara yang lain mendarat di beberapa tempat di Kabul.

Taliban meningkatkan serangannya di negara itu menjelang pemilihan umum, namun kekerasan sebagian besar terjadi di luar ibukota tersebut.

Penduduk setempat menyatakan serangan roket itu adalah yang terbesar dalam beberapa tahun terahir.

Satu serangan bom jalanan juga dinyatakan dilakukan kelompok Taliban, menewaskan sedikit-dikitnya 12 orang di Afghanistan barat pada Senin, setelah ahir pekan berdarah, yang menewaskan sembilan tentara asing.

Taliban berikrar menggagalkan pemilihan umum tersebut dan menyeru rakyat Afghanistan memboikot pemungutan suara. Pemilihan tersebut adalah pemilihan presiden secara langsung kedua sejak Taliban ditumbangkan pada 2001.

Terdapat sekitar 90.000 prajurit internasional, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, kata tentara.

Antara 8.000 hingga 10.000 prajurit asing akan bergabung dengan pasukan pimpinan NATO, yang mencakup sekitar 60.000 anggota di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden tersebut, kata persekutuan itu.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009