Jakarta (ANTARA News) - Aktivitas bisnis hotel-hotel di Indonesia yang berorientasi pada segmen pasar domestik relatif tidak terpengaruh kasus pemboman Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott di Jakarta, 17 Juli lalu, kata seorang eksekutif jaringan hotel bintang lima.
"Chief Operating Officer" (COO) The Aryaduta Hotel, Juergen Fischer kepada wartawan di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa hotel-hotel yang berorientasi pada pasar domestik umumnya tidak mengalami penurunan jumlah rata-rata menginap ("occupancy rate") karena masyarakat Indonesia umumnya tidak terlalu khawatir dengan situasi keamanan dalam negeri.
"Bagi turis asing mungkin kejadian teror pemboman di Ritz-Carlton dan JW Marriott menimbulkan gambaran yang buruk terhadap
Indonesia, tapi masyarakat Indonesia sendiri lebih tahu situasi dalam negeri dan mereka mampu melupakan dengan cepat bayangan buruk atas kejadian tersebut," kata Fischer.
Dia mengatakan bahwa jaringan hotel Aryaduta yang terdiri atas delapan hotel berbintang lima yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia terbukti tidak mengalami penurunan jumlah penginap setelah kejadian teror bom tersebut karena sejak lama telah berorientasi pada pasar domestik.
"Sebanyak 80 persen pasar kami adalah para penginap domestik, dan sisanya pada wisatawan mancanegara," kata Juergen.
"Di beberapa hotel kami, malah terjadi kenaikan 'occupancy rate' bulan Juli lalu, terutama karena banyak penginap yang pindah dari Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott ke Aryaduta," kata dia.
Pada bagian lain, Juergen Fischer mengatakan bahwa dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-64 pada 17 Agustus 2009, The Aryaduta Hotel Jakarta menawarkan "Food Festival - Indonesian Buffet " di Restoran JP Bistro pada tanggal 14-19 Agustus 2009.
Selain itu, pada saat bulan suci Ramadhan mulai tanggal 20 Agustus hingga 20 September 2009, JP Bistro juga akan menyediakan menu lengkap buka puasa yang disajikan ala prasmanan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009