Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta meminta seluruh organisasi perangkat daerah untuk segera menyusun aturan atau protokol baru di berbagai bidang sebagai respon terhadap perkembangan sikap masyarakat di tengah pandemi COVID-19 saat ini.

“Yang dihadapi saat ini tidak hanya pandemi COVID-19 saja tetapi juga sikap dan perilaku masyarakat yang berangsur-angsur mulai menjalankan berbagai aktivitas seperti sebelum merebaknya virus corona. Makanya, perlu dibuat protokol baru sebagai upaya pencegahan agar kasus tidak semakin naik,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.

Dia menilai, masyarakat saat ini sudah merasa bahwa tidak ada lagi kondisi yang perlu dikhawatirkan dari pandemi COVID-19, sehingga berbagai aktivitas masyarakat, salah satunya kegiatan perekonomian kembali berjalan terlebih saat ini menjelang Lebaran.

“Misalnya, di pasar tradisional. Kondisinya masih cukup ramai sehingga aturan physical distancing cukup sulit dilakukan. Oleh karenanya, perlu protokol baru untuk menghadapi berbagai kondisi yang juga baru seperti sekarang,” kata Heroe.

Baca juga: ACT DIY serukan umat Islam bantu penyediaan pangan dengan berzakat

Baca juga: Yogyakarta siapkan langkah kebangkitan menuju normal baru usai pandemi


Salah satu opsi yang mungkin akan dilakukan sebagai protokol baru kegiatan jual beli di pasar tradisional adalah melakukan rotasi pedagang yang bisa berjualan di pasar tradisional.

“Misalnya, pedagang cabai ada 10 orang. Untuk hari ini, yang berjualan hanya lima orang saja, hari berikutnya kelompok kedua. Begitu seterusnya sehingga mereka berjualan secara bergantian,” katanya.

Berbagai pembatasan seperti pembatasan jumlah pengunjung hingga maksimal 50 persen dari kapasitas restoran, rumah makan dan kafe seperti yang sudah dilakukan selama ini, kata Heroe, masih bisa dilanjutkan.

"Atau menempatkan tempat cuci tangan di berbagai sudut sekolah apabila nantinya kegiatan belajar mengajar tidak lagi dilakukan secara jarak jauh atau online. Termasuk mengatur posisi duduk siswa supaya bisa jaga jarak," katanya.

Berbagai usulan protokol baru yang sudah dirumuskan oleh seluruh instansi tersebut kemudian akan dikaji sebelum diterapkan. Heroe memastikan seluruh protokol tersebut harus didasarkan pada aspek kesehatan sebagai acuan utama.

“Kondisi masyarakat saat ini sudah berbeda dan harus dihadapi dengan sikap dan aturan yang berbeda pula. Kalau masih mengandalkan aturan atau protokol pencegahan yang normatif, maka tidak akan memberikan hasil yang efektif karena protokol tersebut dibuat dengan asumsi seluruh masyarakat mematuhinya. Tetapi, pada kenyataannya tidak seperti itu,” katanya.

Heroe menambahkan, berbagai protokol baru tersebut dilakukan untuk menuju kondisi normal baru yang akan terjadi saat pandemi COVID-19 sudah sepenuhnya berlalu.

“Kondisi normal baru ini akan terjadi saat kasus sudah turun dan tidak ada lagi kasus baru. Kalau kondisi saat ini, belum bisa disebut sebagai normal baru,” katanya.

Hingga Senin ini, jumlah pasien positif COVID-19 Kota Yogyakarta yang masih menjalani perawatan berkurang dibanding Ahad (17/5) dengan 11 pasien. Sedangkan pasien dalam pengawasan yang menjalani perawatan tercatat 24 pasien.*

Baca juga: Gubernur DIY pertimbangkan PSBB jika kasus positif COVID-19 dominan

Baca juga: 73 persen koperasi di Kota Yogyakarta terdampak pandemi COVID-19

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020