Cirebon (ANTARA News) - Indonesia telah memiliki kapal riset geologi kelautan canggih bernama Geomarin III, yang diluncurkan Rabu di Dermaga Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat.
Kapal Geomarin III itu diluncurkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro.
"Kapal peneliti Geomarin III sudah lama dinantikan, guna memetakan potensi sumber daya alam kita terutama di laut dalam (deep sea)," katanya.
Kapal peneliti Geomarin III dibuat di galangan PT PAL Surabaya dioperasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dalam melaksanakan tugas survei dan pemetaan geologi kelautan.
Kapal yang memiliki panjang 61,70 meter dengan Groos Register Tonnage 1300 GT, menggunakan mesi 2 X 1000 HP dengan konsumsi bahan bakar 4,8-9,3 ton per hari atau 6.040-11.600 liter.
Geomarin III memiliki kecepatan maksimum 13,5 knot, kecepatan jelajah 12,5 knot, kecepatan survei 4,0 knot dan masa layar 30 hari.
Dan memiliki 22 awak kapal dan mampu membawa ilmuwan dan teknisi sebanyak 29 orang.
Seluruh perairan dangkal di Indonesia telah selesai dipetakan, sehingga sisanya sekitar 76 persen wilayah perairan dalam belum dapat dipetakan, kata Menteri.
"Hal ini mengingat masih terbatasnya kemampuan kapal dan fasilitas peralatan survei, artinya bahwa bagian laut dalam yang jauh lebih luas, masih belum terjamah pemetaan," katanya.
Purnomo mengatakan saat ini terdapat indikasi pemanfaatan sumber daya energi dan mineral di daratan hampir mencapai titik kulminasi.
"Sehingga pada masa mendatang akan bertumpu pada laut sebagai harapan yang terakhir atau sebagai `the last frontier`," katanya.
Kehadiran kapal Geomarin III diharapkan dapat mempercepat menyelesaikan program pemetaan dan eksplorasi sumber-sumber daya alam baru untuk dimanfaatkan dan didayagunakan demi mensejahterakan masyarakat Indonesia, kata Purnomo, menambahkan.
Seperti diketahui, hampir 70 persen dari cadangan minyak dan gas bumi Indonesia berada pada cekungan-cekungan migas tertier di laut. Lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (kedalaman lebih dalam dari 200 meter).
"Mengacu pada kenyataan ini, maka eksplorasi di laut dalam harus dilaksanakan secepat mungkin agar potensi-potensi sumber daya migas ini dapat diketahui dan dimanfaatkan lebih cepat dan optimal," kata Purnomo.
(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009