Jakarta (ANTARA News) - Penyaluran kredit perbankan mulai tumbuh pada semester pertama 2009 meski pertumbuhannya lamban hanya 1,1 persen dari total kredit akhir Desember lalu yang Rp1.353,60 triliun.

Menurut tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) bulan Agustus yang dipublikasikan, Rabu, masih tingginya persepsi risiko sektor riil dan rendahnya permintaan kredit adalah faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan kredit lamban.

Kondisi perbankan nasional secara umum relatif stabil, dan respons suku bunga perbankan terhadap penurunan BI Rate mulai membaik.

Secara mikro, kondisi perbankan nasional stabil, yang diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Juni 2009 sebesar 17,0 persen.

Sementara itu rasio bruto kredit bermasalah atau gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah 5 persen dengan rasio neto di bawah 2 persen.

Likuiditas perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antar-bank makin membaik dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat.

Sementara itu, penurunan BI Rate sebesar 275 basis poin (bps) sejak Desember 2008 hingga Juli 2009, juga terus diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan.

Sejak dimulainya fase pelonggaran kebijakan moneter, suku bunga deposito perbankan telah mencatat penurunan sekitar 188 bps atau 1,88 persen. Sementara itu, respons suku bunga kredit lebih terbatas yaitu sekitar 24 bps atau 0,24 persen.

Sementara itu, BI, baru saja menurunkan suku bunga acuan BI rate 25 bps menjadi 6,5 persen. Penurunan tersebut diharapkan juga akan diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan.

Kepala Ekonom BNI Tony A Prasetyantono mengatakan, penurunan suku bunga acuan BI rate pada kali ini, akan direspons secara lebih cepat oleh perbankan.

"Sebab saat ini perbankan tak perlu lagi dibayangi kekhawatiran terhadap likuiditas," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009