Jakarta (ANTARA) - Pedagang sayur keliling, Yanto mengaku tidak mudik ke kampung halaman di Klaten Jawa Tengah karena pandemi COVID-19, namun ia terpaksa tetap berjualan di luar karena tidak dapat bantuan dan butuh uang untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kalau tidak jualan, saya dapat uang dari mana," kata Yanto yang berjualan dengan motor dan sepeda bersama istrinya keliling perumahan warga di Duren Sawit Jakarta Timur, Senin.

Ia paham kondisi saat ini COVID-19 sedang mewabah dan pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Jakarta untuk memutus rantai penyebaran virus.

Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tetap di rumah bila tidak ada kepentingan mendesak, dan hanya memperbolehkan profesi-profesi tertentu seperti tenaga medis, layanan pengantaran untuk tetap bisa keluar rumah.

Baca juga: Pemkot Jakpus salurkan bansos untuk 293 penyandang disabilitas

Baca juga: Kemensos-Pemprov DKI berbagi wilayah penyaluran bansos tahap ketiga

Selain itu juga melaksanakan protokol kesehatan seperti cuci tangan pakai sabun, memakai masker dan menjaga jarak apabila di luar rumah.

Namun, selama pelaksanaan PSBB Yanto tidak mendapatkan bantuan, karena itu terpaksa tetap keluar rumah untuk berdagang keliling. Menurut perkiraan Yanto, RT tidak mendata karena ia ber-KTP luar Jakarta.

"Saya mau saja tetap di rumah, tapi bantuan tidak dapat, beda dengan pegawai yang terima gaji. Boleh saya tetap di rumah tapi apa mau beri saya makan dan penuhi kebutuhan lainnya," kata Yanto.

Terlebih lagi saat ini biaya kontrakannya naik Rp50 ribu dari awal Rp500 ribu, belum lagi harus mengirimkan uang untuk anak di kampung.

"Saya lebaran ini tidak mudik karena dilarang, ya, lebih baik berjualan dari pada tidak makan," katanya.

Bantuan yang didapat hanya dari warga yang peduli. "Tidak ada itu bantuan seperti yang di TV, kalau memang mau bantu, ya, sama semua tidak lihat KTP Jakarta atau luar Jakarta," ujar Yanto.

Hal senada dikatakan Arifin, pedagang sayur keliling lainnya asal Purworejo yang juga mengaku tidak mudik, meski sedih karena terpaksa berlebaran di rantau jauh dari istri dan anak.

"Kalau mau mudik bisa saja saya paksakan, lewat jalan-jalan tikus tapi untuk apa sampai di kampung juga harus diisolasi tidak bisa berlebaran," katanya.

Ia juga tetap berdagang keliling rumah-rumah warga menjajakan bahan makanan karena tidak ada bantuan yang diterima.*

Baca juga: Kemensos pastikan bansos sampai masyarakat

Baca juga: Anies: Inisiatif bansos sebelum PSBB

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020