New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah New York sedikit melemah pada Selasa waktu setempat, karena aksi ambil untung di tengah ekspektasi meningkatnya cadangan AS, setelah melonjak delapan dolar selama tiga sesi didukung harapan pemulihan ekonomi.

Kontrak berjangka New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, turun 16 sen dari harga penutupan Senin menjadi 71,42 dolar AS per barel. Kontrak New York pekan ini menguat ke tingkat tertinggi sejak akhir Juni, naik di atas 72 dolar AS.

Namun, minyak mentah "Brent North Sea", London, untuk pengiriman pada bulan September meningkat 73 sen menjadi 74,28 dolar AS per barel.

"Kenaikan dari beberapa hari lalu merosot karena ekspektasi kenaikan stok minyak AS mendorong aksi ambil untung," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global, memperkirakan kontrak New York akan melompat lagi.

"Ini harus dilihat hanya sebagai jeda sebelum momentum kenaikan mengumpulkan kekuatan lagi."

Fitzpatrick mengatakan, sementara ini tidak ada data yang terus mencerminkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, "setiap data yang positif dari China, Amerika Serikat atau Uni Eropa akan diterjemahkan sebagai potensi pertumbuhan permintaan energi."

Departemen Energi Amerika Serikat dijadwalkan akan merilis laporan mingguan data persediaan minyak dan produk minyak pada Rabu. Sebagian besar analis percaya bahwa persediaan minyak mentah AS dapat naik 500.000 barel.

"Jika kami benar dalam berpikir bahwa penurunan permintaan di Asia mendorong meningkatnya impor di AS, kami akan melihat kemungkinan besar lain dalam peningkatan persediaan minyak mentah," ujar Nic Brown dari Natixis. Brown dari Natixis.

Beberapa analis memperingatkan bahwa setiap kenaikan cepat harga minyak dapat melumpuhkan pemulihan ekonomi.

"Hari ini pasar masih akan menghadapi lagi realitas dari pasokan saat ini dan kemungkinan bahwa lonjakan harga minyak dapat memperlambat pemulihan ekonomi," kata Phil Flynn dari Alaron Trading.

Sebuah pelemahan "greenback" (sebutan mata uang AS, -red.) mendorong kenaikan harga minyak, karena harga minyak adalah komoditas yang perdagangan dalam dolar AS, sehingga lebih murah bagi pemegang mata uang yang lebih kuat.

Dolar yang telah melemah karena tanda-tanda perbaikan ekonomi, kata para pedagang.

Bank-bank mencatat laba lebih baik dari yang diharapkan dan produksi manufaktur sedang mengalami pemulihan di seluruh dunia.

Sementara itu, ekonom terkemuka memperingatkan bahwa pasokan minyak mentah menghadapi masa depan suram.

Sebuah bencana kegentingan energi membayangi karena sebagian besar ladang minyak utama di dunia telah melewati puncak produksi mereka, Fatih Birol, kepala ekonom Badan Energi Internasional yang berbasis di Parisi mengatakan Senin.

Dalam wawancara dengan surat kabar Inggris, Independent, ia menambahkan bahwa sebuah "kegentingan minyak" dalam waktu lima tahun mendatang dapat membahayakan pemulihan dari resesi global.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009