Ribuan warga sekitar tumplek blek di lokasi tempat kejadian perkara (TKP). Ratusan kendaraan roda dua maupun empat berjejer di jalan raya sekitar TKP.
Marhamah (18) warga sekitar TKP, mengaku datang ke lokasi kecelakaan sekedar ingin tahu dari dekat peristiwa tersebut.
"Hanya ingin tahu kejadian ini dan kasihan juga melihat korban," katanya kepada ANTARA.
Hal senada diutarakan oleh Agus, warga yang tinggal di kawasan Cimanggu. Ia datang ke TKP secara kebetulan saat melintas terjadi kecelakaan.
"Saya lihat banyak sekali orang berkumpul. Saya menjadi ingin tahu ada apa yang terjadi," imbuhnya.
Banyaknya warga sekitar yang menyaksikan peristiwa ini membuat lokasi TKP berubah bak lautan manusia. Bahkan sebagian warga "memaksa" naik ke atas kedua KRL yang mengalami tabrakan.
Warga sekitar yang datang tidak hanya berasal dari kaum bapak. Para ibu-ibu, pemuda, ABG (anak baru gede), pelajar hingga kanak-kanak tampak memadati TKP.
Selain ingin menyaksikan kejadian, sebagian warga datang ke TKP dengan harapan dapat mengabadikan gambar KRL yang nahas. Karena itu sebagian warga tampak sibuk menggunakan kamera HP, sebagian lain menggunakan kamera digital.
Banyaknya warga sekitar yang menyaksikan kecelakaan ini, tak ayal membuat petugas yang melakukan evakuasi korban mengalami kesulitan.
Pihak kepolisian Polresta Bogor berkali-kali meminta agar warga sekitar bubar atau menjauh dari TKP agar tidak mengganggu proses evakuasi maupun perjalanan kereta jurusan Jakarta-Bogor. Namun permintaan yang dilakukan berkali-kali itu tidak dipedulikan warga.
Guna memudahkan jalannya evakuasi dan penarikan rangkaian gerbong KRL yang tabrakan, pihak kepolisian telah memasang "police line" (garis polisi).
Teriknya panas siang hari dan proses evakuasi yang memakan waktu hingga lima jam juga tidak membuat warga bubar. Mereka tampak sabar menunggu proses evakuasi.
Begitu evakuasi terhadap korban meninggal nama Akbar Pelani (21) --asisten masinis yang terjepit dua rangkaian KRL-- warga pun berangsur-angsur membubarkan diri.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009