Indonesia memiliki geopolitik di perempatan jalan dunia dan memiliki peran kunci bagi kelancaran jalan laut dunia

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah jangan sampai melupakan visi untuk mewujudkan Poros Maritim Dunia karena dalam kondisi apapun seperti terpapar pandemi COVID-19, Indonesia tetap selalu memiliki potensi yang besar dalam mencapai impian mulia tersebut.

"Kalau mau bangkit, geopolitik, strategi dan ekonomi ini mampu menghasilkan yang namanya - kita masih ingat janji politik Pak Jokowi - yaitu Poros Maritim Dunia," kata Ketua Bidang Pekerja, Petani dan Nelayan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Riyono dalam rilis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, saat ini Konsep Poros Maritim Dunia sepertinya telah menjadi suara yang sudah redup-redup terdengar dibanding sebelum-sebelumnya.

Padahal, lanjutnya, Indonesia sendiri terletak secara geostrategis yaitu berada di perempatan jalan maritim dunia. "Indonesia memiliki geopolitik di perempatan jalan dunia dan memiliki peran kunci bagi kelancaran jalan laut dunia," kata Riyono.

Baca juga: Keberhasilan di IMO momentum wujudkan RI poros maritim dunia

Ia berpendapat bahwa konsep geopolitik ini bisa menjadi geoekonomi apabila mampu memaksimalkan kebermanfaatan dan kesejahteraan bagi masyarakat nasional.

Riyono memberikan contoh kecil seperti di Iran yang mampu menjadikan Selat Hormus sebagai senjata geopolitiknya, di mana setiap 10 menit terdapat kapal tanker lewat yang 40 persen dari kapal impor minyak dunia dan 90 persen dari kapal ekspor negara Arab.

Sedangkan Indonesia, kata dia, memiliki empat selat yang memiliki kesibukan yang luar biasa dari aktivitas internasional, yaitu Selat Makassar, Selat Sunda, Selat Malaka, dan kemudian Selat Lombok.

"Tiap tahun hampir 40-60 persen perdagangan dunia ini melalui perairan kita," ucapnya.

Untuk itu Riyono mengajak agar hal tersebut menjadi modal untuk berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Baca juga: Pemerintah terus berupaya wujudkan poros maritim dunia


Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020