Teheran (ANTARA News/AFP) - Iran hari Senin mengecam "campur tangan" Jerman dalam urusan dalam negeri negara itu setelah Berlin mendesak pembebasan ratusan orang Iran yang ditangkap selama demonstrasi besar-besaran pasca pemilihan umum Juni.
Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeir hari Minggu mendesak pembebasan segera "tahanan-tahanan politik" di Iran dan mengungkapkan keprihatinan serius mengenai persidangan 100 orang yang dituduh menyulut kerusuhan setelah terpilihnya kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden dalam pemilu yang dipersoalkan itu.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran Hassan Ghashghavi pada Senin malam mengecam pernyataan yang disampaikan menteri Jerman itu, kata kantor berita IRNA.
"Permintaan Steinmeier bagi pembebasan segera para pemimpin dan elemen kerusuhan Teheran belum lama ini yang menyebabkan keadaan tidak aman dan kerugian.. merupakan contoh nyata dari campur tangan seorang pejabat asing dalam prosedur pengadilan... sebuah negara merdeka," kata Ghashghavi.
Ia juga menolak pernyataan tidak berdasar dari Steinmeier mengenai pelaksanaan persidangan yang tidak adil dan tidak transparan.
Steinmeier mengatakan, Minggu, Berlin memiliki alasan untuk meyakini bahwa orang-orang yang dihadapkan ke pengadilan revolusioner di Teheran pada Sabtu (1/8) tidak akan memperoleh "persidangan yang transparan atau adil".
"Laporan-laporan mengenai dimulainya persidangan anggota-anggota oposisi di Iran sangat mengkhawatirkan kami," kata menteri Jerman itu dalam sebuah pernyataan.
"Pemerintah Iran diminta membebaskan tahanan-tahanan politik dan menghormati standar internasional bagi perlindungan hak-hak politik dan sipil warganya yang telah disepakati negara itu," katanya.
Steinmeier mengatakan, Iran belum mengumumkan daftar lengkap tahanan oposisi politik yang akan menghadapi persidangan.
"Jumlah pasti tahanan politik yang berada di dalam penjara yang ditangkap setelah pemilihan umum presiden yang dipersoalkan pada 12 Juni 2009 masih belum diketahui, namun jumlahnya diperkirakan ratusan," katanya.
"Selain itu ada sejumlah tahanan politik yang sudah ditangkap sebelumnya dalam beberapa tahun ini," tambah menteri Jerman itu.
Republik Islam Iran mengatakan, sekitar 100 orang diajukan ke pengadilan revolusioner pada Sabtu (1/8) atas tuduhan-tuduhan yang antara lain melakukan kerusuhan, vandalisme, memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok kontra-revolusi dan bersekongkol meluncurkan sebuah "revolusi beludru".
Sejak pergolakan meletus, pasukan keamanan Iran menindak keras demonstran, dan ratusan pemrotes serta reformis kenamaan, wartawan dan analis ditangkap.
Sekitar 30 orang tewas dan ratusan cedera dalam kerusuhan pasca pemilihan presiden itu.
Sebagian besar dari sekitar 2.000 orang yang semula ditangkap telah dibebaskan, namun sekitar 250 orang masih berada dalam penahanan.
Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.
Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.
Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani mengecam propaganda yang dilakukan media asing mengenai pergolakan kekuasaan di jajaran tinggi kepemimpinan Iran.
"Propaganda yang dilakukan media asing yang berusaha mengisyaratkan bahwa terjadi pergolakan kekuasaan di tingkat puncak pemerintahan merupakan hal yang tidak adil sama sekali bagi revolusi Islam," kata Rafsanjani.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menghadapi krisis terbesar Iran sejak revolusi Islam 1979 setelah protes luas yang terjadi setelah pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad pada 12 Juni menewaskan sedikitnya 30 orang.
Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.
Iran telah melarang media asing meliput pawai-pawai protes dan pertemuan yang diadakan oleh gerakan oposisi.
Kementerian Luar Negeri Iran bahkan menunjuk langsung lembaga-lembaga siaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Mereka bukan nggak tahu islam,Justru Mereka mengenal islam jauh sebelum bangsa indonesia .Kita orang indonesia sejarah aja masih terlalu dangkal jangan sok nggurui.
Politik jangan dibawa2 ke agama, sampai kapanpun nggak bakalan selesai.
Lebih baik ngurusin bangsa sendiri, sesama tetangga yg miskin & kurang Gizi, nggak sekolah, apakah kita sudah berbuat sesuatu?
Kejayaan persia tamat setelah kalah di pertempuran Yarmuk oleh pasukan arab, dan mereka memilih pindah agama, dan akhirnya kejayaan merekapun tamat, penjajah berganti menggagahi mereka