Teheran (ANTARA News/AFP) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada Senin menuduh pemerintah asing mencoba menyebabkan kekacauan dalam pemilihan umum pada Juni, yang mengembalikannya ke kekuasaan, kata kantor berita Fars.
"Saya mengatakan kepada beberapa pemerintah, yang mementingkan diri sendiri dan ikut campur, bahwa Anda selama pemilihan umum itu kejam kepada rakyat kami dan Anda memakai kekuatan keuangan dan politik Anda secara tak wajar," kata Fars mengutip Ahmadinejad sesudah ia dikukuhkan sebagai presiden untuk empat tahun lagi.
"Anda tidak ingin jenis baru demokrasi luar biasa muncul di dunia. Anda mau membelokkan pendapat dunia dari keruntuhan kapitalisme, sehingga Anda menghina rakyat Iran," katanya.
Pemimpin Iran berulangkali menuduh pemerintah Barat, khususnya Inggris, memicu kerusuhan menyusul kemenangan Ahmadinejad dalam pemilihan umum bermasalah pada Juni dan mencoba menggoyang negara itu.
"Saya sarankan Anda kembali ke nilai kejujuran dan keadilan dan tidak mencampuri urusan pihak lain. Anda suka atau tidak, matahari keadilan sudah menyingsing di dunia dan pemerintah keadilan akan berhasil," katanya.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamanei pada Senin secara resmi mensahkan Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden untuk masa jabatan empat tahun lagi di tengah sengketa politik di republik Islam itu.
Tapi dalam tanda peningkatan perseteruan di antara unsur bertikai menyangkut keterpilihan kembali Ahmadinejad, pemimpin penting lawan tidak hadir dalam acara pengukuhan itu, kata televisi pemerintah.
"Rakyat Iran memutuskan mendukung perjuangan melawan keangkuhan, melawan kemiskinan dan menyebarkan keadilan," kata Khamenei seperti dikutip stasiun televisi berbahasa Arab Al-Alam setelah mengukuhkan Ahmadinejad sebagai presiden.
Ahmadinejad (52 tahun), mengenakan busana jas abu-abu, menerima keputusan Khamenei dengan membungkukkan badan di hadapan pemimpin dengan kekuasaan besar itu dan mencium bahunya.
Di antara yang tidak hadir adalah pesaing kalah melawan Ahmadinejad, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, bersama ulama berpengaruh Akbar Hashemi Rafsanjani dan mantan Presiden Mohammad Khatami, yang reformis, katanya.
Tapi, Mohsen Rezai, mantan ketua Pengawal Revolusi, satu-satunya pesaing konservatif Ahmadinejad dalam pemilihan 12 Juni itu, hadir dalam acara tersebut.
Pemilihan umum itu menimbulkan kemelut terburuk di Iran sejak revolusi Islam, dengan jatuh korban dalam unjukrasa jalanan, peradilan sejumlah tokoh politik dan peningkatan perpecahan di kalangan tokoh berkuasa.
Ahmadinejad, yang dijadwalkan dilantik pada Rabu di sidang parlemen, juga dikecam kelompoknya, yang mempertanyakan kesetiaannya kepada Khamenei.
Kemenangannya dengan meraih suara dalam jumlah besar menimbulkan kemarahan umum dan lawan mengeluhkan pemungutan suara itu curang.
Sedikit-dikitnya, 30 orang tewas dan ribuan pengunjukrasa ditahan, termasuk tokoh pengubah dan wartawan.
Keterpilihan kembali Ahmadinejad juga menimbulkan perpecahan di kalangan ulama, dengan beberapa ulama kawakan berpihak pada lawan dan mengecam kerusuhan pasca-pemilihan umum itu dan perlakuan pemerintah terhadap penentang mereka.
Pihak berwajib menanggapinya dengan tindakan keras terhadap penentang itu, yang mereka tuduh berusaha menggulingkan pemerintah.
Hubungan dengan Barat memburuk selama masa jabatan pertama Ahmadinejad, yang sering menyerang secara lisan Israel dan sikap tak mau komprominya menyangkut kegiatan nuklir Teheran, yang negara besar kuatirkan bertujuan membuat senjata.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009
Biarpun Indonesia sekuat AS sekalipun.
alyssa\" lo Lihat negara2 yg benar2 punya kekuatan nggak pamer kayak Nejad.
Lihat tuh China Diam2 Osoroshii (meyeramkan).
Lihat pula jepang Trimo ngalah ( pura2 mengalah) demi keamanan Rakyat & Bangsanya.
Kalau lu ingin nyicipi kayak apa rasanya perang coba aja dech ke Irak atau afganistan
Tiap hari sengasara mau tidur ketakutan dimana-mana ada suara letusan senjata.
Bisa gelo