Peluang terjadinya generasi yang hilang itu terbuka, seperti yang terjadi pada rentang 1997 dan 1998

Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Dr Desvian Bandarsyah MPd mengatakan pandemi COVID-19 berpeluang memunculkan adanya generasi yang hilang.

"Peluang generasi yang hilang dalam situasi pandemi COVID-19 cukup terbuka, kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi hingga 2,5 persen lebih dan diperkirakan angka moderate satu persen serta konservatif itu bahkan minus," ujar Desvian dalam webinar "Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi COVID-19 : Sinergi Sekolah dan Keluarga" yang diselenggarakan PG PAUD Uhamka di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Sosiolog: Perubahan interaksi sosial pascapandemi tak akan signifikan

Dia menambahkan rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut memiliki dampak pada daya beli masyarakat yang semakin melemah karena pengangguran meningkat dan akses pendidikan juga ikut melemah.

"Peluang terjadinya generasi yang hilang itu terbuka, seperti yang terjadi pada rentang 1997 dan 1998 saat terjadinya krisis ekonomi," terang dia.

Baca juga: Sejumlah hotel di Jember tutup sementara akibat pandemi COVID-19

Dia menambahkan daya beli masyarakat yang melemah, membuat kemampuan masyarakat mengakses pendidikan serta membeli kebutuhan pokok yang bergizi semakin turun. Terutama pada kelompok masyarakat menengah ke bawah.

"Mereka akan kesulitan membelikan pangan yang bergizi untuk anak mereka yang berusia nol sampai enam tahun. Kalau dari sisi gizi tidak bisa terpenuhi dan akses pendidikan juga tidak terjangkau. Jadi peluang generasi yang hilang itu semakin terbuka," jelas dia.

Oleh karena itu, dia meminta para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun swasta untuk memperhatikan dampak pandemi COVID-19 tersebut.

Jika kondisi itu dibiarkan maka akan berdampak pada bonus demografi pada 100 tahun Indonesia merdeka atau 2045.

Baca juga: Kowani berikan pelatihan pada perempuan untuk bangkit saat pandemi

"Kalau tidak diiringi dengan kemampuan mengakses pendidikan serta kemampuan pemerintah dalam pemerataan pendidikan, maka ini akan menjadi masalah ke depannya," kata dia lagi.

Dia menambahkan berdasarkan sejumlah lembaga dunia, Indonesia memiliki peluang untuk tumbuh besar pada 2030. Namun semua itu harus ditopang dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia yang baik serta infrastruktur mumpuni.

Selain itu, pendidikan perlu mengarah pada tren yang berkembang pada masa depan tetapi dengan teguh berpijak pada nilai dan cita-cita tradisional yang luhur dari pendidikan serta menjadikan manusia yang berakhlak mulia.

Baca juga: Kemensos perkuat layanan psikososial atasi dampak pandemi COVID-19

Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020