Baghdad (ANTARA News/AFP) - Jumlah korban tewas dalam kekerasan di Irak turun sepertiga pada Juli, bulan pertama polisi dan tentara Irak melaksanakan tugas keamanan di wilayah-wilayah kota sejak serangan yang dipimpin AS pada 2003, kata data resmi yang dikeluarkan Sabtu.
Total 275 warga Irak kehilangan nyawa mereka bulan lalu, menurut statistik yang dihimpun kementerian dalam negeri, pertahanan dan kesehatan, dibanding 437 korban tewas pada Juni.
Sebanyak 223 warga sipil Irak, 40 polisi dan 12 tentara meninggal pada Juli, sedangkan 975 warga sipil, 93 polisi dan 35 tentara cedera dalam berbagai serangan, menurut data itu.
Secara keseluruhan, 400 pemberontak dan milisi ditahan oleh pasukan keamanan Irak, sedangkan 41 di kalangan gerilyawan tewas, kata data tersebut.
Pertanda lain bahwa tingkat aksi kekerasan menurun, adalah jumlah tentara AS yang tewas Juli turun menjadi tujuh orang, atau terendah dalam sebulan sejak invasi mereka, menurut perhitungan AFP berdasarkan laman Internet independen icasualties.org.
Jumlah korban tewas terendah dalam bulan sebelumnya pada pasukan AS adalah sembilan pada Maret tahun ini.
Tentara AS ditarik dari berbagai kota besar dan kecil di Irak pada 30 Juni, sebagai bagian dari kesepakatan bersejarah antara Baghdad dan Washington, yang menyeru semua tentara Amerika meninggalkan negara itu pada akhir 2011.
Aksi kekerasan meningkat menjelang penarikan, yang membuat korban tewas Juni tertinggi di kalangan warga Irak dalam 11 bulan terakhir. Jumlah korban tewas Mei 155 orang, terendah dalam sebulan sejak serangan 2003.
Sebanyak 500.000 polisi Irak dan 250.000 tentara kini bertanggungjawab pada keamanan di berbagai kota besar, kota kecil dan desa-desa. Sedangkan sekitar 128.000 tentara AS masih berada di pangkalan-pangkalan luar kota negara itu.
Menurunnya aksi kekerasan mendorong Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, mengatakan kepada wartawan dilakukannya kunjungan ke Irak pekan lalu, berkaitan adanya sedikit kemungkinan untuk menyesuaikan rencana penarikan militer tahun ini.
Meskipun tingkat kerusuhan menurun, Irak masih diganggu aksi kekerasan dan Juli lalu terjadi serangan-serangan, termasuk bom bunuh diri kembar di kota utara Tal Afar pada 9 Juli, yang menewaskan 35 orang.
Pada Jumat, 29 orang tewas dan 136 cedera dalam gelombang pemboman terkoordinasi yang ditargetkan pada jemaah Muslim Syiah di seluruh mesjid di Baghdad.
Ekmeleddin Ihsanoglu, ketua Organisasi Konferensi Islam (OKI), Sabtu mengecam serangan-serangan itu dalam pernyataannya, dan mencap mereka pelaku provokasi kejam.
OKI juga menyeru para pemimpin Irak untuk menegaskan solidaritas `terhadap upaya mengendalikan perpecahan kelompok.`
Dalam perampokan bank menjelang fajar di Baghdad pusat pekan lalu, perampok yang diduga dipimpin dua prajurit senior, meraup dana 3,8 juta dolar dan membunuh delapan polisi pengawal bank, dalam satu perampokan terbesar yang pernah terjadi.
Uang tersebut berhasil dikembalikan dan tiga orang ditahan. Sementara itu bentrokan berdarah di Irak pada 2006 dan 2007 menewaskan puluhan ribu orang.
Seorang komandan senior AS Kamis memperingatkan, bahwa pasukan keamanan harus mewaspadai aksi kekerasan yang ditargetkan pada partai-partai dan politisi-politisi menjelang pemilihan umum Januari depan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009