Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Junas Miradiarsyah mengatakan bahwa pihaknya keberatan apabila harus melanjutkan kompetisi dengan opsi tanpa penonton.
Tak seperti kompetisi lainnya di luar negeri yang bisa dilanjutkan tanpa penonton, opsi tersebut menurutnya terlalu sulit untuk dilakukan di Indonesia karena akan berdampak besar pada sponsor, penyelenggara, dan klub.
"Kami sih mengerti, arahnya untuk menjaga keselamatan manusia. Hanya saja substansinya harus dibicarakan ke klub, sebab klub kan bermain untuk fans mereka," ujar Junas ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.
"Lalu sponsor juga harus tahu apakah berpengaruh signifikan untuk mereka hanya dengan siaran live saja," ujarnya menambahkan.
Baca juga: IBL 2020 dihentikan sementara antisipasi penyebaran COVID-19
IBL yang sudah tertunda sejak 13 Maret itu menargetkan bisa memutar kompetisinya lagi pada September nanti sembari menunggu kondisi terkini dari pemerintah terkait masa tanggap darurat COVID-19 di Indonesia yang baru akan berakhir pada 29 Mei.
Untuk kembali menggelar kompetisi juga, menurutnya diperlukan persiapan yang cukup, salah satunya soal mendatangkan pemain asing yang hampir 90 persen berasal dari Amerika Serikat. Pihaknya harus menyusun prosedur yang akan diterapkan nantinya.
Menpora Zainudin Amali sebelumnya menyampaikan bahwa Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 memberikan saran apabila kompetisi ingin dilanjutkan maka harus ada protokol kesehatan ketat yang diterapkan, seperti menjalani rapid test dan swab bagi seluruh peserta.
Pemberlakuan protokol kesehatan ketat bagi pemain dan penonton itu, menurut Junas, sudah dibicarakan secara internal. IBL pun setuju untuk melakukan rapid dan swab test terlebih dahulu. Namun opsi tanpa penonton masih harus didiskusikan lagi.
"Kalau dengan skema tanpa penonton, kami harus diskusi dengan klub dan sponsor lagi karena banyak konsekuensinya bagi sponsor, penyelenggaraan, dan klub juga. Walaupun lanjutan kompetisi tanpa penonton ini sudah dijalani liga sepak bola di luar negeri dan Taiwan," ungkapnya.
Baca juga: Faktor keselamatan jadi alasan utama IBL 2020 dihentikan sementara
Taiwan memang sudah kembali melanjutkan liga bisbol dan sepak bola mereka pada April lalu tanpa kehadiran penonton. Sebagai antisipasi, panitia membatasi jumlah peserta hingga 200 terdiri dari pemain, pelatih, wasit, pemandu sorak, dan jurnalis media lokal.
Selain IBL, sejumlah kompetisi profesional Indonesia lainnya seperti Liga 1, Liga 2, dan Proliga 2020 telah dihentikan sejak Maret lalu. Bahkan Persatuan Bola Boli Seluruh Indonesia (PBVSI) sudah memutuskan untuk menghentikan sisa pertandingan mereka.
Sementara itu, PSSI dan IBL masih belum bisa memutuskan nasib kelanjutan kompetisi.
Bagi PSSI, Liga 1 dan 2 musim 2020 hanya akan dihentikan jika pemerintah Indonesia memperpanjang masa tanggap darurat virus corona yang saat ini ditetapkan sampai 29 Mei 2020.
Baca juga: IBL gelar kompetisi virtual isi jeda liga
Baca juga: Aditya Lumanauw menangi IBL Esports Competition seri pertama
Baca juga: Tundukkan Abraham Wenas, Gunawan menangi IBL Esports seri kedua
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020