Jakarta (ANTARA) - Para pelaku wisata memprediksi akan ada perubahan terjadi di industri setelah pandemi COVID-19 berakhir. Para pelancong yang tak sabar ingin berjalan-jalan setelah situasi mulai membaik mesti siap beradaptasi dengan perubahan yang memengaruhi kebiasaan hingga tren wisata.
Baca juga: Pengamat: Industri wisata halal bersiap menyasar pasar universal
Baca juga: Desa wisata disarankan studi banding ke hotel terkait SOP kesehatan
Wisata jarak dekat digandrungi
Menurut Head of Marcomm Golden Rama Tours & Travel Ricky Hilton, perubahan yang akan dirasakan usai pandemi adalah maraknya konsumen yang ingin liburan ke lokasi yang tak terlalu jauh.
"Liburan yang simpel dan jarak dekat, seperti staycation," kata Ricky dalam bincang-bincang daring di Indonesia Online Fest, Jumat.
Pihaknya mulai menawarkan pilihan staycation untuk konsumen yang ingin menikmati liburan nanti pada jauh-jauh hari.
Wisata ke tempat non-mainstream
Masa berdiam diri di rumah bisa jadi dimanfaatkan orang-orang untuk mempersiapkan lebih matang rencana wisata mendatang. Ricky memprediksi, orang-orang akan memilih tujuan wisata yang berbeda dari ekspektasi mereka terdahulu.
"Orang bisa mencari destinasi yang lokasinya masih sepi," kata Ricky.
Pemeriksaan keamanan dan kesehatan lebih ketat
Pemeriksaan keamanan berevolusi dari waktu ke waktu. Chief Marketing Officer & Co-Founder tiket.com Gaery Undarsa mengatakan dalam kesempatan yang sama, dahulu pemeriksaan keamanan pesawat jauh lebih longgar.
Ketika ada perubahan, ada masa beradaptasi, namun setelahnya orang-orang jadi terbiasa dan menganggapnya lazim. Dia memprediksi pemeriksaan keamanan dan kesehatan ke depannya bakal lebih ketat. Awalnya mungkin konsumen merasa bingung saat beradaptasi, namun lama kelamaan semuanya terasa normal.
"Industri healthcare dan travel akan sangat dekat, akan ada banyak standard baru dari segi kebersihan," kata dia.
Harga naik
Standard kebersihan yang meningkat seiring dengan keinginan konsumen dalam memastikan keamanan dan kenyamanan liburan bisa berdampak ke harga yang semakin mahal.
"Misalnya hotel, orang mungkin concern dengan kebersihannya, akan ada standard baru biar customer merasa aman, dampaknya ke harga," kata Gaery.
Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi standard kesehatan dan keamanan di era kenormalan baru berdampak pada keputusan untuk menaikkan harga.
"Sayangnya akan ada banyak orang yang tidak bisa afford, tapi secara garis besar akan jadi lebih sehat untuk industri travel karena orang akan prefer sesuatu yang aman dibanding murah."
Maskapai pun bisa jadi menaikkan harga karena mereka harus mengurangi kapasitas penumpang demi keamanan.
Baca juga: Layanan refund konsumen masih jadi fokus biro perjalanan kala pandemi
Baca juga: Kemenparekraf terapkan bersih, sehat, aman di setiap destinasi wisata
Baca juga: Jalan-jalan virtual ke Australia Barat #dirumahaja
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020